carbon nanotubes (CNT) merupakan material yang berasal
dari susunan atom carbon yang berhibridisasi sp2 dan berikatan satu sama lain
secara heksagonal membentuk struktur sarang madu (honeycomb). Berbeda dengan
grafit yang berisi tumpukan graphene, CNT merupakan graphene yang tergulung
membentuk suatu silinder berukuran nanometer. Pola atau cara menggulung
graphene itu disebut dengan kiralitas (chirality). Diameter dari CNTs berkisar
antara 0,4-2,5 nanometer dengan panjangnya dapat lebih dari 10 milimeter.
Material CNT ini ditemukan oleh seorang professor fisika dari Jepang, Sumio
Iijima.
Lembaran graphene yang digulung dengan arah dan diameter
yang berbeda akan menghasilkan CNT yang mempunyai struktur elektronik berbeda.
Oleh karena itu, keunikan sifat-sifat CNT terletak pada strukturnya yang
spesial, dalam artian bahwa dalam sebuah CNT secara individu bisa bersifat
logam (metallic) atau semikonduktor, hanya tergantung pada diameter dan
kiralitasnya. Sifat-sifat ini ditentukan oleh struktur geometri dari CNTs yang
bergantung dari arah gulungan lembaran graphene, sama halnya jika kita
bayangkan proses menggulung kertas. Arah yang berbeda dalam menggulung lembaran
graphene menentukan struktur ikatan heksagonal dari CNTs.
Secara matematis, penentuan geometri CNTs atau kiralitas
didefinisikan dalam istilah vektor kiral. Vektor ini menentukan arah dari
gulungan lembaran graphene, yang diindikasikan dengan nilai indeks (n,m). Ada
tiga bentuk struktur geometri dari CNTs, yang menunjukkan perbedaan kiralitas,
yaitu armchair (n,n), zigzag (n,0), dan selainnya adalah chiral. Berdasarkan
teori dan juga pengukuran sifat optis masing-masing CNT, struktur armchair
bersifat logam (metallic), sedangkan zigzag dan chiral bisa bersifat logam atau
semikonduktor tergantung pada nilai indeksnya.
Arah
gulungan yang berbeda dari lembaran graphene menentukan struktur geometri CNTs
berbeda: (a) armchair, (b) zigzag, dan (c) chiral.
Lebih lanjut, ada dua jenis CNT jika dibedakan
berdasarkan jumlah dindingnya, yaitu CNT berdinding tunggal (single wall carbon
nanotubes) yang sering disingkat SWNT dan CNT berdinding banyak (multi wall
carbon nanotubes), disingkat MWNT. Penelitian mengenai SWNT lebih banyak
diarahkan kepada aplikasi material ini untuk pembuatan berbagi perangkat elektronika
baru. Sementara itu, penelitian untuk MWNT diarahkan untuk material superkuat.
Dua
jenis CNT berdasarkan jumlah lembar dinding penyusunnya: single wall carbon
nanotubes (SWNT) dan multi wall carbon nanotubes (MWNT).
Cara membuat carbon nanotubes
Metode
pancaran elektroda (Arc Discharge)
Metode
ini awalnya digunakan untuk memproduksi fullerene, yang diperkenalkan oleh
professor Iijima tahun 1991. Dalam teknik ini, uap karbon dihasilkan oleh
lecutan listrik di antara dua elektrode karbon yang sudah dilapisi
katalis logam seperti besi maupun nikel. Dengan pengaturan tekanan dan katalis
secara hati-hati, akan diperoleh CNT berdinding tunggal maupun yang berdinding
banyak.
Skema dari metode pancaran elektrode.
(http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Arc_discharge_nanotube.png)
Metode
pencahayaan kuat oleh laser (Laser ablation)
Metode
ini dilaporkan pertama kali oleh Richard Smalley, salah satu peraih nobel
kimia, pada tahun 1995. Dalam teknik ini, digunakan sebuah sinar laser berdaya
tinggi yang mengenai grafit dalam tungku bersuhu tinggi. Sebelum ditembak oleh
laser, grafit tersebut haruslah dilapisi logam katalis. Metode ini bisa
menghasilkan CNT berdinding tunggal yang memiliki diameter cukup besar untuk
ukuran CNT, yaitu > 1.2 nanometer.
Skema
dari metode pencahayaan kuat.
Metode
Chemical Vapor Deposition (CVD)
Metode
ini adalah metode yang paling banyak digunakan dalam sintesis CNT. Sintesis
dicapai melalui pemecahan molekul karbon gas seperti metana, karbon monoksida
dan asetilen menjadi karbon atom reaktif di dalam tungku bersuhu tinggi, dan
kadang-kadang dibantu dengan plasma untuk meningkatkan pembentukan karbon atom.
Karbon kemudian akan berdifusi menuju substrat yang dilapisi partikel katalis.
Salah satu proses CVD terbaik untuk penumbuhan CNT adalah proses CoMoCAT yang
menggunakan proses pemecahan karbon monoksida dan dibantu oleh penggunaan
katalis kobalt dan molibdenum. Proses CoMoCAT menghasilkan banyak CNT yang
cenderung memiliki diameter hampir seragam.
Skema metode CVD untuk
sintesis CNT: (a) thermal CVD, (b) plasma-enhanced CVD
(http://www.fy.chalmers.se/atom/research/nanotubes/experimental.xml)
Aplikasi
CNT
Sifat
unggul yang dimiliki CNT adalah pada sifat listriknya karena bisa bersifat
logam maupun semikonduktor. Selain itu, dimensi yang kecil karena ukuran
nanometer, area permukaan yang luas, kekuatan mekanik yang sangat tinggi, massa
jenis yang rendah sehingga sangat fleksibel, membuat CNT menjadi material
cerdas masa depan yang sangat banyak potensi untuk diaplikasikan di berbagai
bidang teknologi, seperti nanoprobes, sensor, elektroda pada baterai litium,
peralatan elektronik (field-effect transistor dan superkapasitor), penyimpanan
hidrogen, katalis dan elektroda fuel-cell, material komposit superkuat, lapisan
tipis, hingga kapsul untuk pengiriman obat-obatan langsung ke sel.
DAFTAR PUSTAKA
http://majalah1000guru.net/2013/05/carbon-nanotubes-material-cerdas/
No comments:
Post a Comment