a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung
asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut
pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan
penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari
asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum
meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan
bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung
yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya,
partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua
tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali
debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon
karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat
dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar
(polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam
sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus
dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling
dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau
diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya
pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan
dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol
lateks, getah karet dicampur dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang
bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat
asam sehingga sol
tidak menggumpal.
tidak menggumpal.
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan
partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan
dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya
tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan
prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah
penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian
dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu
dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti
sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari.
Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu
dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring
bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Untuk memperjelas tentang
penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!
Pada tahap kedua, setelah
suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang
dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat,
besi(II)sulfat, besi(III)klorida, dan klorinasi koperos
(FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan
selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan
pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang
digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat
digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang
telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda koloid yang
telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air
tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih
terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air
jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan
untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
Peran koloid dalam penjernihan
air ialah jika air yang tercemar
mengandung koloid (karena tidak dapat disaring melalui proses pengendapan)
e. Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium
klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan
protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan
potein yang dihasilkan berkurang.
f. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam
air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum.
Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik
berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu
biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam
proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau
detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan
mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau
minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih
wajah, sampo, pelembap badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai
daya serap yang tinggi, sehingga dapat melekat pada tekstil.
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk
koloid agar stabil atau tidak mudah rusak.
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk
membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan
detergen dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.
Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk
kestabilan dalam jangka waktu cukup lama.
No comments:
Post a Comment