Info

Wednesday, February 14, 2018

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap



BAB I

PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang Rencana Kegiatan
                  
Untuk mengantisipasi kelangkaan listrik di Indonesia dan efisiensi pemakaian listrik di Perusahaan, maka PT. Indorama Synthetics Tbk. (PT.IRS) merencanakan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan kapasitas 2 x 30 MW.

Saat ini pengadaan sumber energi sebesar 40 MW berasal dari :

a). PLN sebesar 32 MVA (equivalent dengan 30 MW)
b). Pembangkit milik sendiri (Genset) sebesar 10 MW.

Walaupun PLTU Batubara nantinya beroperasi, dengan PLN masih tetap tersambung secara parallel.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, setiap kegiatan dibidang ketenaga listrikan yang tidak termasuk dalam lampiran Keputusan Menteri tersebut maka diwajibkan membuat Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Penyusunan dokumen UKL/UPL ini mengacu kepada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457 K/28/MEM/2000 tanggal 3 November 2000 tentang Pedoman Teknis Penyusunan UKL/UPL untuk kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal, termasuk PLTU Batu bara didalamnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan UKL/UPL mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut :

a.    Dampak negatif yang akan timbul oleh kegiatan ini sedini mungkin bisa dikelola dengan baik sehingga dapat diminimalkan dan mengoptimalkan dampak positif.

b.        Memantau dampak negatif yang timbul sedini mungkin sehingga penyebaran dampak negatif dapat terisolir.
c.        Menyusun Sistem Management Lingkungan PLTU Batu bara PT. Gunadarma


1.3 Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai acuan dalam penyusunan UKL/UPL adalah sebagai berikut :

1.         Undang-Undang No. 23 Th. 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.         Undang-Undang No. 20 Th. 2002 Tentang Ketenagalistrikan
3.         Undang-Undang No. 1 Th. 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4.         Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
5.
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999  Tentang Pengelolaan Pencemaran Udara
6.
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan  Pengendalian

Pencemaran Air
7.         Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 Th. 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha / Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisa mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
8.         Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
9.         Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
10.     Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup        No. Kep-86/MENLH/         / 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan UKL dan UPL
12.     Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1475K/28/MEN/2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi
13.     Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-205/BAPEDAL/07/1996 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak..
14.     Peraturan Pemerintah No. 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian pencemaran air.
15.     Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja.
16.     Peraturan Menteri Kesehatan No.907/MEN-KES/SK/VII/2002 Tentang Baku Mutu Air Bersih





BAB II

                                      URAIAN RENCANA KEGIATAN


2.1  Deskripsi Proyek / Kegiatan

A.    Nama Pembangkit :

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara

B.  Rencana Lokasi Kegiatan :

-    Desa                : Cibinong

-    Kecamatan      : Cimanggis
-    Kabupaten       : Depok
-    Propinsi           : Jawa Barat


C. Kebutuhan Listrik Setempat :

1.  Area :

-           Spinning                            : 15 MW

-           Polyester                           : 24 MW

-           Weaving                            : 3 MW
2.
Kebutuhan power plant
: 6 MW
3.
Pengembangan Pabrik
:
4 MW
4.
Cadangan
:

MW




D.  Rancangan Umum Kegiatan PLTU Batu bara
1.
Daya terpasang pembangunan
: 2 x 30 MW
2.
Pola operasi pembangkit
:
24 jam/hari
3.
Luas area / yang digunakan
:
4.8 Ha
4.
Luas area yang dibebaskan
:
12.3 Ha
5.
Status lahan yang digunakan
: Hak kepemilikan tanah seluas 12.3  Ha



diluar  lahan  pabrik  yang  sudah  ada



(jumlah luas lahan keseluruhan 15 Ha)
6.
Sumber air yang digunakan
: Air permukaan danau jatiluhur
7.
Debit air yang digunakan
:
111 L/detik


: 400 m3/jam
8.
Jenis bahan baku yang digunakan
: Batu bara
9.
Kebutuhan bahan bakar
:
720 T/hari
10.
Sistem transportasi bahan baker
:
Dump Truck
11.    Kapasitas penyimpanan bahan bakar : 15 hari penyimpanan atau setara dengan 12.000 ton

12.
Kebutuhan minyak pelumas
:  1000 liter/bulan
13.
Sistem penanganan limbah


Padat
: Dijual ke pihak pabrik semen dan paving
             Cair
: Proses netralisasi

Oli bekas

Dijual ke pihak ke tiga

Sistem pendingin yang dipakai


-  tertutup
: Ya

Tinggi cerobong
:
120 meter

14. Umur rencana kegiatan PLTU
s/d :
2 Tahun

-   Tahap   pra-konstruksi

tahap
:
30 Tahun

    operasional

    -   Lama operasi diperkirakan






1.1 Sistim Pengadaan Batubara

Batubara dari tempat penambangan disupply ke Pelabuhan tanjung priok, yang mana lokasinya berjarak sekitar 250 km dari PTIRS. Dari pelabuhan tanjung priok Batubara ditransportasikan lewat jalan ke area pabrik. Selama dalam perjalanan dari pelabuhan tanjung priok sampai pabrik sepenuhnya menjadi tanggung jawab transporter. Dalam penuhan kebutuhan batubara dalam menjaga hal-hal yang tidak diinginkan baik karena keterlambatan pemasokan Batubara ataupun hal-hal lain, maka pengadaan Batubara untuk CPP dilakukan dengan sistim pengamanan stok selama 21 hari.

1.2 Proses Produksi Listrik

Di dalam PLTU Batubara, energi panas Batubara dikonversikan ke dalam energi listrik dengan bantuan peralatan boiler, turbin dan generator.
Batubara dari tempat penyimpanannya dibawa ke tempat penampungan Batubara boiler atau steam generator setelah terlebih dahulu dihancurkan di ruangan penghancur Batubara. Batubara tersebut kemudian di salurkan ke alat umpan Batubara (coal feeder) yang dilengkapi alat pengatur aliran untuk dihaluskan pada mesin penghalus (Pulverizer atau coal mill) sehingga dihasilkan tepung Batubara yang halus. Batubara halus didorong dengan udara panas yang dihasilkan dari Primary Air Fan dan dibawa ke pembakar Batubara dengan cara menginjeksikan Batubara halus tersebut keruang bakar boiler. Di dalam ruang pembakaran Batubara dibakar sampai seperti gas dan terjadi perpindahan panas dengan air yang mengalir dalam pipa-pipa yang ada dalam boiler sehingga air berubah menjadi steam. Udara panas yang dihasilkan berasal dari fan yang bernama Forced Draft Fan, yang mana menggambarkan udara panas dari salah satu bagian atas boiler dan melewatinya melalui Air Pre-heater. Forced Draft Fan juga mensuplai udara ke pembakar Batubara untuk menunjang proses pembakaran. Debu yang jatuh ke bagian bawah boiler secara berkesinambungan keluar dan ditampung. Gas yang keluar dari proses pembakaran pada boiler ditangkap dengan Induced draft Fan melalui Electrostatic Precipitator (ESP) . ESP ini dapat memisahkan fly ash 99.8 % dengan bantuan sistem elektoda tegangan langsung yang sangat tinggi. Sisa gas yang keluar dalam jumlah yang sedikit kemudian dikeluarkan lewat cerobong yang tinggi. Abu (ash) dikumpulkan pada penampung debu ESP (ESP hopper) yang kemudian didorong secara pneumatic ke silo tertutup yang selanjutnya dibuang dan dilandfill, dimanfatkan untuk pembuatan blok-blok, produksi semen dll.
Panas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran Batubara diserap oleh pipa-pipa berisi air yang ada pada boiler untuk merubah air menjadi steam jenuh (saturated steam), yang selanjutnya dipanaskan lagi di super heater menjadi steam kering jenuh (dry super heated steam). Steam

tersebut kemudian disalurkan ke turbin bertekanan tinggi dengan bantuan pipa-pipa tebal bertekanan tinggi dimana steam itu dikeluarkan lewat nozzle-nozle mengenai baling-aling turbin. Kekuatan steam yang mengenai baling-baling menjadikan turbin berputar. Shaft disambungkan dengan Generator berupa silinder elektromagnetik besar sehingga ketika turbin berputar, rotor juga berputar. Rotor generator tergabung dalam stator. Stator adalah gulungan menggunakan batang tembaga sebagai pendingin internal. Listrik dihasilkan dalam batang-batang tembaga stator dengan elektrostatik didalam rotor melalui putaran magnet. Generator transformer kemudian menaikkan tegangan listrik sekitar 10 kV ke 20 kV atau sesuai dengan yang diperlukan transmisi berikutnya.

Flow diagram Proses PLTU Batubara dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.1 Plant Water dan Sistim Cooling Water

Air yang diperlukan untuk plant water sekitar 400 m3/jam, sebagaimana terlihat pada neraca air (gambar 2.2).
Pemakaian air akan diambil dari Danau Jatiluhur. Pompa yang ada sekarang ini diltempatkan pada Poonton di Danau. Satu pompa yang ada berfungsi sebagai spare mempunyai kapasitas 400 m3/jam. Pompa tambahan sebgai pompa stand by yang berkapasitas sama akan dipasang. Line pipa sekitar 3000 m akan disambung dari Pump House ke area CPP. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas maka telah direncanakan membangun pump house permanen pada area lokasi yang sesuai di Danau Jatiluhur yang mana saat ini sedang pengajuan permohonan kepada pihak yang berwenang dalam hal ini PJT. II. Pump house merupakan rumah untuk pompa baru dan pompa-pompa yang ada.
Perlakuan awal plant dengan clarifier jenis tabung pengendap telah diajukan. Penyimpan air clarifier dengan kapasitas sama dengan untuk 8 (delapan) jam kebutuhan CPP akan disiapkan. Begitu juga penyimpan air untuk air pemadam kebakaran akan disiapkan.

Sistim sirkulasi pendingin menggunakan mechanical draf cooling towers akan digunakan untuk condenser dan sistim cooling water alat pembantu. Air yang sudah dijernihkan akan digunakan untuk make-up cooling water. Perlakuan sirkulasi cooling water dengan dosing chlorine dan asam akan diadopsi.
Cooling water akan dipompakan basin sirkulasi cooling water dengan 3 pompa cooling water (2 jalan +1 stand by) untuk mengambil alih beban panas condenser. Melalui pompa ACW secara terpisah beban panas dari peralatan pembantu akan tidak teratur.

2.2 Demineralisasi Plant dan Sistim Make-up Heat Cycle

Sebagaimana terlihat pada gambar neraca air (gambar 2.2), dengan mempertimbangkan rata-rata make-up 3 % untuk heat cycle, make-up untuk proses condensate dan proses kebutuhan plan Dmbekerja pada kapasitas 38 m3/jam. Dua rangkaian dengan masing-masing kapasitas 35 m3/jam diajukan untuk dipasang di area CPP.
Di dalam DM plant, air pertama-tama disaring melalui saringan bertekanan unit filter carbon aktiv, semua dipasang didalam bangunan DM plant. Air filter akan dilewatkan melalui bed resin kation, degassifier towers, bed resin anion dan mixed bed exchangers dan kemudian air demineralisasi disimpan didalam tanki penyimpanan air DM Sistem penangan asam dan basa alkali disiapkan secara layak dalam DM plant.



2.3 Air Effluent

Secara philosophi penggunaan kembali secara maksimal waste water yang ditreat dan yang direcycling akan diadopsi pada plant ini untuk meminimalkan pemakaian air yang diperlukan dan meminimalkan kuantitas effluent yang keluar plant. Sebagaimana terlihat pada diagram neraca air, air yang diperlukan untuk batubara dan plant penanganan debu akan diambil dari cooling tower blow down untuk mengurangi keperluan air bersih.
Proses demineralisasi dalam DM plant akan terbentuk effluent asam dan basa alkali selama regenerasi dari dua jenis perpindahan. Untuk itu akan dibuat penetral effluent dari DM plant akan dikirim pit netralisir. Waste water yang lainnya juga secara terpisah akan dikumpulkan dan selanjutnya diumpankan ke pit netralisir setelah perlakuan. Air dari pit netralisir akan digunakan untuk kebun dan tanaman lain dan sisanya akan dibuang ke drainase setelah secara cermat dipantau untuk menyakinkan bahwa air yang akan dibuang benar-benar memenuhi baku mutu lingkungan.

3.         Sistim Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan PLTU ini berupa :

-          Kerak
Limbah ini berasal dari pembersihan pipa-pipa boiler. Jumlah kerak yang dihasilkan relative lebih kecil, kandungan kerak berupa senyawa Fe2O3.

-          Abu batubara (fly ash dan bottom ash)

Partikel debu dihasilkan dari fly ash dan bottom ash, sebanyak 8,1% dari jumlah batubara yang masuk (720 ton/hari) atau sebesar ± 58 ton/hari. Dari data design alat, jumlah fly ash yang masuk ke Electrostatic Precipitator (ESP) sebesar 90% dari jumlah abu batubara (58 ton/hari) atau sebesar 52,2 ton/hari dan jumlah bottom ash sebesar 10 % dari jumlah abu batubara, 58 ton/hari atau sebesar 5,8 ton/hari. Penanganan fly ash menggunakan alat Electrostatic Precipitator (ESP) yang kemudian digabungkan dengan bottom ash dijual ke perusahaan semen atau paving block dengan terlebih dahulu mendapatkan ijin pemanfaatan debu batubara dari kantor KLH Jakarta, dan sisa yang tidak dapat dijual ditimbun ke areal penimbunan (landfill) di lokasi PLTU batubara PT. IRS. Areal penimbunan (landfill) akan dibuat setelah terlebih dahulu mendengarkan arahan dari KLH Jakarta dan DPLHPE Purwakarta serta dilakukan feasibility study sebelumnya.

Fly ash dan bottom ash dari ruang pembakaran Boiler dan ESP ditransfer dengan pipa tertutup ke 2 unit silo tertutup. Dari silo, abu tersebut ditransfer ke truk tertutup, yang kemudian dibawa ke pabrik semen atau paving block yang telah mendapatkan rekomendasi dari KLH.

Selanjutnya apabila ash dari silo penuh dan tidak dapat diangkut, maka akan dilakukan penimbunan pada landfill yang berada di sekitar power plant setelah sebelumnya di siram dengan air sampai kandungan airnya sekitar 30 % , permukaan atasnya ditutup dengan terpal dan secara periodic dilakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban material. Setelah dicapai batas maksimum penimbunan akan dilakukan penutupan dengan Pelapis Penutup Akhir (PPA) seperti yang disyaratkan dalam Keputusan Kepala Bapedal no.: KEP-04/ BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekan Penimbunan Limbah B3, dimana tumbuhan diatasnya berupa tanaman rerumputan.


4.         Sistem Penanganan Limbah Cair

Limbah cair berasal dari blow down cooling tower dan boiler serta air sisa regenerasi. Limbah cair ini direcycle kembali ke water treatment plant dan dimasukkan kembali untuk kebutuhan cooling tower dan boiler (siklus tertutup). Air dari kondensat atau dari blow down cooling tower yang tidak dikembalikan akan ditampung di bak penampungan untuk selanjutnya dinetralisir pada pit netralisir.

Limbah cair berupa oli bekas sebesar 1000 liter/bulan ditampung didalam drum dan kemudian dijual pihak ke tiga.


5.         Sistem Penanganan Limbah Gas

a    Emisi gas SO2

Untuk menekan emisi gas SO2 digunakan unit FGD (Flue Gas Desulphurisasion), yang mempunyai effisiensi lebih dari 70 %. Pada proses ini bubuk kapur yang digunakan sebagai reagent untuk menyerap SO2 di dalam flue gas. Reaksi yang terjadi adalah :

CaO + H2O  Ca(OH) 2

Ca(OH) 2 + SO2   CaSO3. 1/2H2O + 1/2H2O
CaSO3. 1/2H2O+3/2H2O + 1/2O2  CaSO4. 2H2O

CaO sering digunakan sebagai bahan reaksi dalam proses FGD, dengan

demikian Ca(OH)2 dapat bereaksi dengan SO2, berarti serbuk Ca(OH)2 dapat juga langsung

digunakan sebagai bahan reaksi.

Ca(OH)2 juga dapat dimasukan kedalam alat pelembab udara sesudah dicampur dengan debu yang datang dari ESP dan debu yang terkumpul dalam dust collector mechanic. Selanjutnya campuran debu kapur dilembabkan dari kandungan air 2%

ke sekitar kandungan airnya 5%. Dengan bantuan dorongan udara fluidizing dan tarikan tekanan negative dari duct campuran debu kapur diarahkan kedalam duct. Komponen reactive flue gas dengan cepat terserap kedalam komponen yang mempunyai sifat alkali pada campuran debu kapur. Air secara simultan diuapkan menaikkan temperatur flue gas untuk mengeffisienkan pengumpulan SO2.

Selanjutnya lapisan air sekitar reagent permukaan partikel menebal secara cepat, dan teruapkan dan tersebar terbawa SO2. Flue gas yang keluar dilewatkan pada ESP dimana debu-debu dalam flue gas akan ditangkapnya.

c               Emisi gas NO2

Pada umumnya alat yang digunakan untuk menekan gas emisi NO2 adalah Selective Catalytic Removal (SCR). Unit alat ini digunakan jika gas NO2 yang keluar bersama flue gas melebihi nilai ambang batas yang ditentukan. Dari hasil perhitungan secara teori nilai gas NO2 yang keluar bersama flue gas masih dibawah nilai ambang batas, yaitu dibawah 700 mg/m3 (dapat dilihat pada lampiran no 6 tentang perhitungan perkiraan emisi gas buang PLTU Batu bara). Sedangkan baku mutu emisi gas NO2 berdasarkan KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATU BARA (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000) adalah 850 mg/m3. Dengan demikian emisi gas NO2 yang keluar cerobong belum perlu di treatment dengan menggunakan unit alat tersebut.

c       Emisi gas lain

Untuk emisi gas lain yang keluar bersama flue gas, untuk mngetahui dampaknya terhadap lingkungan hanya dilakukan pemantauan secara regular tiap tiga bulan sekali yaitu lewat pemantauan udara ambient pada tempat-tempat tertentu yang kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas yang berlaku.

6.         Tinggi Cerobong

Ketinggian cerobong didesign dengan mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara dengan melihat lokasi dan kegiatan lain disekitarnya. Dari data design cerobong yang direncanakan adalah 120 meter dari permukaan tanah. Perhitungan tinggi cerobong mengikuti standar internasional serta berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal no. Kep. 205/07/BAPEDAL/1996 Lampiran III tentang Persyaratan cerobong. Persyaratan tersebut antara lain tinggi cerobong minimum 2 –

2,5 kali tinggi bangunan disekitarnya sehingga lingkungan disekitar cerobong tidak terkena turbulensi.

7.  Jangka waktu pembangunan dan operasional PLTU

Jangka waktu pembangunan mulai dari tahap pra konstruksi sampai dengan operasional diperhitungkan 2 tahun, sedangkan umur operasional PLTU di perhitungkan berlangsung selama 30 tahun.


E.         Hubungan Dengan Kegiatan Lain

-  Sebelah Utara berbatasan dengan
:
Jl. Raya Bogor
-
Sebelah
Selatan
berbatasan
:    PT. ada ada aja

dengan




-  Sebelah Timur berbatasan dengan
:   Tanah masyarakat Desa Cibinong, Desa





Kembang Kuning dan PT. Indo Panca
-  Sebelah Barat berbatasan dengan
:   PT.  Indorama  Divisi  Spinning,  Mess





Elegant  dan  tanah  masyarakat  Desa





Kembang Kuning
-
Pemukiman


:  Sekitar 200 m dari bangunan utama
-
Kawasan Industri

:  Sekitar 200-750 m dari bangunan utama
-
Sekolah


:
Sekitar 1000 m


2.2       Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan.

A. Tahap Pra Konstruksi

Survey

Survey lokasi untuk kegiatan ini dilakukan di beberapa lokasi didaerah kembang kuning :
1.  Tanah masyarakat sekitar PT. ada ada aja
2.  Tanah masyarakat sekitar PT. Indorama
Dari beberapa kali survey ditentukan lokasi rencana kegiatan didaerah :
-
Lokasi
: Tanah masyarakat
- Desa
: Cibinong
-
Kecamatan
: Cimanggis
-
Luas lahan
: 15 Ha (termasuk lahan yang sudah ada)


B. Tahap Konstruksi

1.    Pembukaan dan pematangan lahan 1.a. Pembukaan lahan

Lahan yang dibebaskan seluas 12.3 Ha terdiri dari lahan tanah sawah dan kebun bambu. Lahan tersebut dibuka dengan cara ditebang oleh masyarakat sekitar.

1.b.  Pematangan lahan

Lahan yang sudah dibuka selanjutnya dipadatkan dengan rencana pematangan 10 ha menggunakan alat berat untuk konstruksi seperti crane, eksavator dll.

2.      Mobilisasi peralatan berat

Mobilisasi peralatan berat akan dilakukan dengan cara bertahap sesuai Kebutuhan projek.

3.        Pembangunan prasarana dan sarana

a.                Pembangunan jalan

Pembangunan jalan yang akan dilakukan pada kegiatan PLTU di
Indorama mulai pada :
a.Pembangunan jalan utama : 600 m, dimulai dari pintu gerbang
masuk
sampai bangunan utama pabrik.
b.Pembangunan jalan dalam sekitar 850 m

b.                Pembangunan utama. Pembangunan utama meliputi :
1.    Pembangunan pabrik

2.    Pembangunan gudang bahan baku dan waste
3.    Pembangunan kantor. c. Lain-lain
Berupa pembuatan taman dan penghijauan di area tertentu.

4.      Pengerahan Tenaga Kerja.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama konstruksi terdiri dari :
- Kontraktor
: 200 – 400 Orang
-
Karyawan kontrak
:
10
Orang
-
Karyawan tetap
:
80
Orang secara bertahap

5.    Jangka waktu pembangunan.

Pembangunan untuk kegiatan PLTU direncanakan akan selesai dalam waktu 2 tahun dan direncanakan pada bulan September Tahun 2020 sudah melakukan commissioning dan pada bulan Desember Tahun 2022 Start-up plant diharapkan bisa berjalan dengan lancar.


C.      Tahap Operasi

1.             Kegiatan Operasi

Kegiatan operasi PLTU Batubara PT. IRS dilakukan selama 24 jam terus menerus. Kegiatan operasi PLTU Batubara ini akan menghasilkan energi listrik sebesar 2 x 30 MW dengan Batubara yang diperlukan per harinya sekitar 720 T/hari.

2.             Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan sistem informasi komputer yang sudah terproses secara otomatis. Kegiatan ini akan keluar sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan ini tidak hanya melakukan kegiatan sesuai jadwal akan tetapi dilakukan analisa kegiatan tersebut sehingga kehandalan mesin-mesin akan selalu terjaga dengan baik Dalam hal melakukan perawatan peralatan utama , seperti perawatan ESP karena perlu perbaikan atau hal lainnya, maka untuk hal tersebut plant akan distop, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terutama yang menyangkut lingkungan.

3.               Jumlah Tenaga Kerja

Pada tahap operasi, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Tenaga ahli
:
9 orang
Tenaga lokal


- Manager
: 5 orang
-
Staff
:
32 orang
-
Operator
:
56 orang
-
Lain-lain
:
12 orang
Tenaga kontraktor


-
Tetap
:
20 orang
-
Tidak tetap
:
20 orang




D.  Tahap Pasca Operasi

Diharapkan kegiatan ini berlangsung secara berkesinambungan sesuai pasokan bahan baku yang ada. Diperkirakan kegiatan ini akan berlangsung lebih dari 30 tahun dan setelah lewat masa operasi PLTU Batubara akan dilakukan pembongkaran mesin-mesin dan bangunan yang ada.



BAB III

URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN


1.1  Aspek Geofisika – Kimia

3.1.1 Iklim

Letak rencana PLTU PT. Gunadarma, berada di Desa Cibinong Kecamatan Cimanggis  Depok Propinsi Jawa Barat. Stasiun pengamatan yang mewakili untuk daerah ini adalah stasiun pengamatan Perum Jasa Tirta II (PJT II) Jatiluhur Purwakarta, data diambil selama 8 tahun sejak tahun 1996 – 2003. Data iklim meliputi suhu, kelembaban nisbi udara, curah hujan dan hari hujan, serta keadaan angin.

a.          Tipe iklim

Melihat data iklim didaerah rencana PLTU, maka daerah ini dapat diklasifikasikan ke tipe iklim tropika basah dengan curah hujan tahunan mencapai 2719 mm. Pada umumnya periode bulan basah tiap tahunnya berlangsung selama 7 bulan dari bulan September sampai dengan bulan Maret.

b.            Curah Hujan

Curah hujan (CH) rata-rata tahunan didaerah rencana PLTU dan sekitarnya adalah sekitarnya adalah 2719 mm. Periode bulan basah (CH > 200 mm/bulan) berlangsung selama 7 bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu pada bulan Februari (818 mm). Periode bulan kering (CH < 100 mm/bulan) berlangsung selama 4 bulan, pada umumnya terjadi pada bulan Juni sampai September

c.          Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memperkirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air di muka bumi.

Suhu udara rata-rata didaerah rencana PLTU sebesar 260C, dengan suhu minimum sebesar 230C dan maksimum 320C. Rata-rata kelembaban udara tahunan sebesar 85%, dengan kelembaban udara rata-rata bulanan tertinggi sebesar 90% dan terendah sebesar 76%.

c.                 Arah dan Kecepatan Angin

Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji adalah arah dan kecepatan angin.

Dalam satu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-ubah. Perubahan ini seringkali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Angin pada umumnya bertiup dari bidang permukaan lebih dingin ke bidang permukaan lebih hangat. Misalnya pada siang hari di bulan kemarau, arah angin cenderung bertiup dari lautan ke arah daratan yang lebih hangat.
Kecepatan angin maksimum dilokasi rencana PLTU PT. Gunadarma dan sekitarnya 1.1 m/det. Arah angin rata-rata setiap tahun mengalami perubahan arah. Pada saat musim hujan antara bulan September – Maret arah angin dominant berkisar antara Barat dan Barat Laut dengan kecepatan maksimum 1.1m/det. Sedangkan pada bulan kemarau antara bulan April – Oktober arah angin berkisar antara Timur Laut dan Selatan.

e.              Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran

Kualitas udara disekitar lokasi rencana PLTU berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan yang dilakukan Balai Hyperkes Bandung pada Bulan Oktober 2003 menunjukkan bahwa secara umum masih tergolong baik dimana nilainya masih dibawah baku mutu ambient yang disyaratkan Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1999.

Sumber kebisingan berasal dari mesin-mesin pengolahan, genset, kendaraan yang keluar masuk pabrik (container, dumtruck, mini bus, sedan dan lain- lain) yang lokasinya berdekatan dengan rencana kegiatan PLTU. Tingkat kebisingan umumnya masih memenuhi baku mutu (Kep. Meneg. LH no. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan).



3.1.2    Fisiografi

Berdasarkan bentuk bentang alamnya, permukaan tanah daerah studi dan daerah disekitarnya bergelombang hingga berbukit, berelief halus dengan kemiringan lereng bervariasi dengan kemiringan dari rencana lokasi PLTU sektar 15 m sampai 45 m relative terhadap benchmark lokal yang digunakan selama waktu konstruksi dari pabrik PT. Indorama yang ada dan sedang beroperasi. Bentuk tanah umumnya berasal dari tanah vulkanik dan tanah yang berasal dari lahar kaki Gunung Tangkubanperahu. Sedangkan lokasi utama rencana PLTU berada pada daratan lembah bergelombang dengan
ketinggian 15 m sampai 17 m dari permukaan tanah. Lebar lembah sekitar 50 m yang sebelumnya ditanami pohon padi dengan pohon buah-buahan pada umumnya pohon pisang pada bagian perbukitan sekiran lembah. Rencana kegiatan PLTU berada pada ketinggian 97 m sampai 117 m dari permukaan laut


3.1.3 Geologi

Morfologi

Letak tanah PLTU ± 8 km dari kota Purwakarta, ketinggian tanah kira-kira dari permukaan air laut sekitar 114 m – 115 m. Tanah sedikit berbukit dan mempunyai lembah tinggi dan ditanami padi, pohon bamboo, pohon pisang serta pohon rambutan.

Topografi

Topografi daerah rencana lokasi PLTU merupakan daerah bergelombang hingga berbukit, berelief halus dengan kemiringan lereng bervariasi dengan kemiringan 150.

Geologi

Gelogi tanah pada lokasi rencana PLTU, tidak banyak batu- batuan hanya ada cadas dan tanah lempung serta lanau. Permukaan tanahnya terdiri dari tanah merah dan pada kedalaman 6 meter terdapat tanah lanau.

Struktur dan jenis tanah

Struktur tanah terdiri dari tanah merah, tanah lempung, lanau. Permukaan tanah berupa tanah merah, sedangkan pada kedalaman 6 meter kebawah tanah sudah mengandung pasir, lempung dan lanau. Pada posisi tanah rendah di bawah, permukaan tanah sudah lanau dan lempung. Pada kedalaman 2 meter ke bawah dari tanah sawah kondisi tanah sudah lanau kehitam-hitaman.


Kestabilan tanah

Kestabilan tanah relatif stabil mempunyai kohesi c antara 0.3 kg/cm2 sampai dengan 1 kg/cm2, dan mempunyai sudut geser antara 8 sampai dengan 13 derajat. Muka air tanah ada pada tanah rendah (lembah) yang berupa sawah


3.2
Hidrologi dan kualitas air

3.2.1 Karakteristik sungai dan atau danau.

Karakteristik  sungai yang mengalir ke area kegiatan PLTU  PT. Gunadarma adalah

sebagai berikut :


-
Jenis sungai
: anak sungai (sungai Cikuda, anak sungai Cikembang)

-
Penggunaan air
: dipakai untuk pertanian.

-
Sumber air
: berasal dari air buangan industri sektor kembang kuning.

Karakteristik Danau

Lokasi PLTU sangat dekat dengan lokasi danau jatiluhur Purwakarta ± 500 m. Air danau Jatiluhur merupakan air pasokan untuk proses PLTU PT. Gunadarma. Danau Jatiluhur mempunyai volume air pada muka air waduk normal 107 m adalah sebesar 2.448 milyar m3, dengan luas danau pada muka air waduk 107 m adalah 83 Km2. Menurut informasi dari PJT. II, tentang neraca air bahwa laju alir rata-rata sumber air yang masuk ke danau adalah sekitar 240 m3/detik, sedangkan laju alir rata-rata kebutuhan air adalah sekitar sekitar 235 m3/detik. Dari jumlah laju alir rata-rata kebutuhan air yang digunakan, untuk industri sekitar 5 – 7 %.


3.2.2    Kualitas air

Dari hasil analisa air, baik yang diambil dari air sebelum masuk area rencana PLTU maupun air yang keluar setelah rencana PLTU dengan jumlah sampel air yang diambil sebanyak 4 sampel, menunjukan bahwa hasilnya masih dibawah baku mutu air (SK. Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999, Lamp. II, tentang Baku Mutu limbah cair Untuk Industri Tekstil), kecuali ada satu sampel yang diambil dari outlet PT. Cipta Artha Graha Mulya hasilnya ada dua parameter (COD dan TSS) yang bermuara ke sungai Cikuda, hasilnya diatas baku mutu air. Hal yang sama untuk air sungai Cikembang, tempat muaranya sungai cikuda secara keseluruhan hasilnya masih di bawah baku mutu air permukaan (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Golongan IV

:     Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian dan usaha perkotaan peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut).


3.3       Aspek Biologi

3.3.1    Flora

Tanaman yang ada di pekarangan pabrik pada umumnya terdiri dari kelompok tanaman hias seperti, cemara, angsana, palm, rumput, Sedangkan jenis tanaman yang berada diluar pabrik umumnya didominasi oleh ekosistem tanaman kebun seperti mangga, pisang, rambutan dan kebun bambu.

3.3.2    Fauna

Dari pengamatan langsung di lapangan diperoleh beberapa hewan mamalia liar seperti, tikus (ratus sp.), kelelawar (micro chiropteria), sedangkan hewan liar lain yang ditemukan antara lain, jenis reptilia seperti kadal (mobouya multifasciata), dan cecak (hemidactylus frenatus). Disamping itu binatang lain yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan adalah katak sawah (rana sp.) dan katak buduk (bufo sp.), serta dari jenis moluska seperti bekicot (achatina fulica). Jenis hewan peliharaan yang dimiliki penduduk setempat adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, ungas, kucing dan anjing.

3.3.3    Biota air

Plankton dan benthos merupakan parameter yang digunakan dalam studi ini. Biota perairan yang diamati dalam studi ini adalah biota perairan sungai Cikembang, sungai Cikuda sepuluh meter setelah jembatan, keluaran PT. Mascot, dan gabungan keluaran PT. Indorama (Polyester dan Spinning) dan PT. Indaci. Parameter yang digunakan dalam analisa plankton dan benthos adalah jumlah individu/ml sample, jumlah Taxa, indeks diversitas (keanekaragaman, H) dan equitalitas (homoginitas/keseragaman, E).



3.4  Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Gambaran keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat diperoleh dari data sekunder dan survai lapangan pada bulan September 2017. Pengkajian aspek ini diarahkan pada parameter yang terkait dengan dampak lingkungan yang diperkirakan akan timbul dengan adanya proyek PLTU PT Gunadarma.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi pabrik PT Gunadarmadi Desa Cibinong. menurut data sekunder bulan September 2003 berpenduduk 7036 orang dengan luas desa 463,815 HA. Atau rata-rata kepadatan penduduk 1411 orang/km² dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 3814 orang terdiri dari petani 116 orang, pedagang 68 orang, pensiunan 42 orang, karyawan buruh 3627 orang.
Mata pencaharian penduduk Desa Cibinong terdiri dari Buruh, Buruh Tani dan Petani Pemilik (80%) sedangkan sisanya berusaha di berbagai sektor seperti Pegawai Pemerintah, Karyawan Perusahaan Swasta dan ABRI. Tingkat pendapatan (pendapatan bersih) dari rata-rata Buruh adalah Rp. 15.000 – Rp. 20.000/hari, Buruh Tani Rp. 10.000 – Rp. 15.000/hari. Pekerja bangunan Rp. 20.000 – Rp. 25.000/hari. Pendapatan diatas belum termasuk biaya makan. Bagi yang bekerja di pemerintah dan ABRI mengikuti standar PNS dan ABRI, sedangkan bekerja di Perusahaan Swasta diberlakukan UMR yang berlaku yaitu Rp. 524.000/bulan.







BAB IV

DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. Gunadarma sudah barang tentu akan memberikan dampak lingkungan baik pada saat pra konstruksi, konstruksi maupun pada saat pabrik beroperasi.
Dampak yang akan terjadi dari kegiatan
PLTU Batubara PT Gunadarma

BAB V

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)


Dampak terhadap lingkungan yang akan terjadi dari kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. IRS, perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan sehingga dampak tersebut dapat di solir atau di minimalkan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan yang dilakukan PT. Gunadarma. Meliputi kegiatan :

1.
Pra - Konstruksi
:
a.
Pembebasan lahan



b.
Pembukaan lahan
2.
Konstruksi
:
a.
Pemadatan lahan



b.
Mobilisasi alat berat



c.
Pembangunan sarana dan prasarana
3.
Operasi PLTU
:
UPL limbah padat



UPL limbah cair



UPL limbah gas
4.
Pemeliharaan
:
UPL bekas kemasan



UPL oli bekas
5.
Pasca-operasi
:
a.
Debu



b.
Kebisingan





                           


BAB VI

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)


Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) yang akan dilakukan dari kegiatan PLTU Batubara PTGunadarma dalam upaya memantau kemungkinan dampak yang akan terjadi dari kegiatan tersebut. UPL dari kegiatan ini meliputi :


1.    Tahap Konstruksi PLTU       :    -      Pematangan lahan

-            Mobilisasi dan pembangunan sarana dan prasarana
2.    Tahap Operasi PLTU             :    -      Pemantauan Raw material
-            Pemantauan limbah padat
-            Pemantauan limbah cair
-            Pemantauan limbah gas
-            Pemantauan gangguan kerja
3.    Tahap Pasca-operasi              :    -      Limbah cair dari bak control
-            Gangguan kerja


No comments:

Post a Comment

Blogroll