BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rencana Kegiatan
Untuk mengantisipasi kelangkaan listrik di
Indonesia dan efisiensi pemakaian listrik di Perusahaan, maka PT. Indorama
Synthetics Tbk. (PT.IRS) merencanakan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan
kapasitas 2 x 30 MW.
Saat ini pengadaan sumber energi sebesar 40 MW
berasal dari :
a). PLN sebesar 32 MVA (equivalent dengan 30
MW)
b). Pembangkit milik sendiri (Genset) sebesar
10 MW.
Walaupun
PLTU Batubara nantinya beroperasi, dengan PLN masih tetap tersambung secara
parallel.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, setiap
kegiatan dibidang ketenaga listrikan yang tidak termasuk dalam lampiran
Keputusan Menteri tersebut maka diwajibkan membuat Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Penyusunan dokumen UKL/UPL ini mengacu kepada
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457 K/28/MEM/2000 tanggal
3 November 2000 tentang Pedoman Teknis Penyusunan UKL/UPL untuk kegiatan
Pembangkit Listrik Tenaga Termal, termasuk PLTU Batu bara didalamnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan UKL/UPL mempunyai maksud dan tujuan
sebagai berikut :
a. Dampak
negatif yang akan timbul oleh kegiatan ini sedini mungkin bisa dikelola dengan
baik sehingga dapat diminimalkan dan mengoptimalkan dampak positif.
b.
Memantau
dampak negatif yang timbul sedini mungkin sehingga penyebaran dampak negatif
dapat terisolir.
c.
Menyusun
Sistem Management Lingkungan PLTU Batu bara PT. Gunadarma
1.3 Peraturan Perundang-undangan.
Peraturan
perundang-undangan yang dipakai sebagai acuan dalam penyusunan UKL/UPL adalah
sebagai berikut :
1.
Undang-Undang
No. 23 Th. 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.
Undang-Undang
No. 20 Th. 2002 Tentang Ketenagalistrikan
3.
Undang-Undang
No. 1 Th. 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4.
Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
5.
|
Peraturan
Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Pencemaran Udara
|
6.
|
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian
|
|
Pencemaran Air
|
7.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.17 Th. 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha / Kegiatan
yang Wajib dilengkapi dengan Analisa mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
8.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri.
9.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak.
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-86/MENLH/ / 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan UKL dan UPL
12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 1475K/28/MEN/2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di
Bidang Pertambangan dan Energi
13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-205/BAPEDAL/07/1996 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak..
14.
Peraturan Pemerintah No. 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air
dan Pengendalian pencemaran air.
15.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja.
16. Peraturan Menteri Kesehatan
No.907/MEN-KES/SK/VII/2002 Tentang Baku Mutu Air Bersih
BAB II
URAIAN
RENCANA KEGIATAN
2.1
Deskripsi Proyek / Kegiatan
A. Nama Pembangkit :
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara
B. Rencana Lokasi Kegiatan :
- Desa :
Cibinong
- Kecamatan : Cimanggis
- Kabupaten : Depok
- Propinsi : Jawa
Barat
C.
Kebutuhan Listrik Setempat :
1. Area
:
- Spinning : 15 MW
- Polyester : 24 MW
- Weaving : 3 MW
2.
|
Kebutuhan
power plant
|
: 6 MW
|
|
3.
|
Pengembangan
Pabrik
|
:
|
4 MW
|
4.
|
Cadangan
|
:
|
8 MW
|
D. Rancangan Umum Kegiatan
PLTU Batu bara
|
|||
1.
|
Daya terpasang pembangunan
|
: 2 x 30 MW
|
|
2.
|
Pola operasi pembangkit
|
:
|
24 jam/hari
|
3.
|
Luas area / yang digunakan
|
:
|
4.8 Ha
|
4.
|
Luas area yang dibebaskan
|
:
|
12.3 Ha
|
5.
|
Status lahan yang digunakan
|
: Hak kepemilikan tanah seluas 12.3 Ha
|
|
|
|
|
diluar
lahan pabrik yang
sudah ada
|
|
|
|
(jumlah luas lahan keseluruhan 15 Ha)
|
6.
|
Sumber air yang digunakan
|
: Air permukaan danau jatiluhur
|
|
7.
|
Debit
air yang digunakan
|
:
|
111
L/detik
|
|
|
: 400
m3/jam
|
|
8.
|
Jenis bahan baku yang digunakan
|
: Batu bara
|
|
9.
|
Kebutuhan bahan bakar
|
:
|
720 T/hari
|
10.
|
Sistem transportasi bahan baker
|
:
|
Dump Truck
|
11.
Kapasitas penyimpanan bahan bakar : 15 hari penyimpanan atau setara
dengan 12.000 ton
12.
|
Kebutuhan minyak pelumas
|
: 1000
liter/bulan
|
|||
13.
|
Sistem penanganan limbah
|
|
|||
|
Padat
|
: Dijual ke pihak pabrik semen dan paving
|
|||
Cair
|
: Proses netralisasi
|
||||
Oli bekas
|
|
Dijual ke pihak ke tiga
|
|||
Sistem pendingin yang dipakai
|
|
||||
-
tertutup
|
: Ya
|
||||
Tinggi cerobong
|
:
|
120 meter
|
|||
14.
Umur rencana kegiatan PLTU
|
s/d :
|
2 Tahun
|
|||
-
Tahap pra-konstruksi
|
|||||
tahap
|
:
|
30 Tahun
|
|||
operasional
|
|||||
- Lama operasi diperkirakan
|
|
|
|||
1.1 Sistim Pengadaan Batubara
Batubara dari tempat
penambangan disupply ke Pelabuhan tanjung priok, yang mana lokasinya berjarak
sekitar 250 km dari PTIRS. Dari pelabuhan tanjung priok Batubara
ditransportasikan lewat jalan ke area pabrik. Selama dalam perjalanan dari
pelabuhan tanjung priok sampai pabrik sepenuhnya menjadi tanggung jawab
transporter. Dalam penuhan kebutuhan batubara dalam menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan baik karena keterlambatan pemasokan Batubara ataupun hal-hal lain,
maka pengadaan Batubara untuk CPP dilakukan dengan sistim pengamanan stok
selama 21 hari.
1.2 Proses
Produksi Listrik
Di dalam
PLTU Batubara, energi panas Batubara dikonversikan ke dalam energi listrik
dengan bantuan peralatan boiler, turbin dan generator.
Batubara
dari tempat penyimpanannya dibawa ke tempat penampungan Batubara boiler atau
steam generator setelah terlebih dahulu dihancurkan di ruangan penghancur
Batubara. Batubara tersebut kemudian di salurkan ke alat umpan Batubara (coal feeder) yang dilengkapi alat
pengatur aliran untuk dihaluskan pada mesin penghalus (Pulverizer atau coal mill) sehingga dihasilkan tepung Batubara
yang halus. Batubara halus didorong dengan udara panas yang dihasilkan dari Primary Air Fan dan dibawa ke pembakar
Batubara dengan cara menginjeksikan Batubara halus tersebut keruang bakar
boiler. Di dalam ruang pembakaran Batubara dibakar sampai seperti gas dan
terjadi perpindahan panas dengan air yang mengalir dalam pipa-pipa yang ada
dalam boiler sehingga air berubah menjadi steam. Udara panas yang dihasilkan
berasal dari fan yang bernama Forced
Draft Fan, yang mana menggambarkan udara panas dari salah satu bagian atas
boiler dan melewatinya melalui Air
Pre-heater. Forced Draft Fan juga
mensuplai udara ke pembakar Batubara untuk menunjang proses pembakaran. Debu
yang jatuh ke bagian bawah boiler secara berkesinambungan keluar dan ditampung.
Gas yang keluar dari proses pembakaran pada boiler ditangkap dengan Induced draft Fan melalui Electrostatic Precipitator (ESP) . ESP ini dapat memisahkan fly ash 99.8 % dengan bantuan sistem elektoda tegangan langsung yang sangat tinggi. Sisa gas yang keluar dalam
jumlah yang sedikit kemudian dikeluarkan lewat cerobong yang tinggi. Abu (ash)
dikumpulkan pada penampung debu ESP (ESP
hopper) yang kemudian didorong secara pneumatic ke silo tertutup yang
selanjutnya dibuang dan dilandfill, dimanfatkan untuk pembuatan blok-blok,
produksi semen dll.
Panas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran Batubara diserap oleh pipa-pipa
berisi air yang ada pada boiler untuk merubah air menjadi steam jenuh (saturated steam), yang selanjutnya
dipanaskan lagi di super heater menjadi steam kering jenuh (dry super heated steam). Steam
tersebut kemudian disalurkan ke turbin bertekanan tinggi dengan
bantuan pipa-pipa tebal bertekanan tinggi dimana steam itu dikeluarkan lewat
nozzle-nozle mengenai baling-aling turbin. Kekuatan steam yang mengenai
baling-baling menjadikan turbin berputar. Shaft disambungkan dengan Generator
berupa silinder elektromagnetik besar sehingga ketika turbin berputar, rotor
juga berputar. Rotor generator tergabung dalam stator. Stator adalah gulungan
menggunakan batang tembaga sebagai pendingin internal. Listrik dihasilkan dalam
batang-batang tembaga stator dengan elektrostatik didalam rotor melalui putaran
magnet. Generator transformer kemudian menaikkan tegangan listrik sekitar 10 kV
ke 20 kV atau sesuai dengan yang diperlukan transmisi berikutnya.
Flow diagram Proses PLTU Batubara dapat dilihat
pada gambar 2.1.
2.1 Plant Water dan Sistim Cooling Water
Air yang
diperlukan untuk plant water sekitar 400 m3/jam, sebagaimana terlihat pada
neraca air (gambar 2.2).
Pemakaian
air akan diambil dari Danau Jatiluhur. Pompa yang ada sekarang ini diltempatkan
pada Poonton di Danau. Satu pompa yang ada berfungsi sebagai spare mempunyai
kapasitas 400 m3/jam. Pompa tambahan sebgai pompa stand by yang berkapasitas
sama akan dipasang. Line pipa sekitar 3000 m akan disambung dari Pump House ke
area CPP. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas maka telah direncanakan
membangun pump house permanen pada area lokasi yang sesuai di Danau Jatiluhur
yang mana saat ini sedang pengajuan permohonan kepada pihak yang berwenang
dalam hal ini PJT. II. Pump house merupakan rumah untuk pompa baru dan
pompa-pompa yang ada.
Perlakuan awal plant dengan clarifier jenis tabung pengendap telah
diajukan. Penyimpan air clarifier dengan kapasitas sama dengan untuk 8
(delapan) jam kebutuhan CPP akan disiapkan. Begitu juga penyimpan air untuk air
pemadam kebakaran akan disiapkan.
Sistim
sirkulasi pendingin menggunakan mechanical draf cooling towers akan digunakan
untuk condenser dan sistim cooling water alat pembantu. Air yang sudah
dijernihkan akan digunakan untuk make-up cooling water. Perlakuan sirkulasi
cooling water dengan dosing chlorine dan asam akan diadopsi.
Cooling water akan dipompakan basin sirkulasi cooling water dengan
3 pompa cooling water (2 jalan +1 stand by) untuk mengambil alih beban panas
condenser. Melalui pompa ACW secara terpisah beban panas dari peralatan
pembantu akan tidak teratur.
2.2 Demineralisasi Plant dan Sistim Make-up Heat Cycle
Sebagaimana
terlihat pada gambar neraca air (gambar 2.2), dengan mempertimbangkan rata-rata
make-up 3 % untuk heat cycle, make-up untuk proses condensate dan proses
kebutuhan plan Dmbekerja pada kapasitas 38 m3/jam. Dua rangkaian dengan
masing-masing kapasitas 35 m3/jam diajukan untuk dipasang di area CPP.
Di dalam DM plant, air pertama-tama disaring melalui saringan
bertekanan unit filter carbon aktiv, semua dipasang didalam bangunan DM plant.
Air filter akan dilewatkan melalui bed resin kation, degassifier towers, bed
resin anion dan mixed bed exchangers dan kemudian air demineralisasi disimpan
didalam tanki penyimpanan air DM Sistem penangan asam dan basa alkali disiapkan
secara layak dalam DM plant.
2.3 Air
Effluent
Secara philosophi penggunaan kembali secara maksimal waste water
yang ditreat dan yang direcycling akan diadopsi pada plant ini untuk
meminimalkan pemakaian air yang diperlukan dan meminimalkan kuantitas effluent
yang keluar plant. Sebagaimana terlihat pada diagram neraca air, air yang
diperlukan untuk batubara dan plant penanganan debu akan diambil dari cooling
tower blow down untuk mengurangi keperluan air bersih.
Proses demineralisasi dalam DM plant akan terbentuk effluent asam
dan basa alkali selama regenerasi dari dua jenis perpindahan. Untuk itu akan
dibuat penetral effluent dari DM plant akan dikirim pit netralisir. Waste water
yang lainnya juga secara terpisah akan dikumpulkan dan selanjutnya diumpankan
ke pit netralisir setelah perlakuan. Air dari pit netralisir akan digunakan
untuk kebun dan tanaman lain dan sisanya akan dibuang ke drainase setelah
secara cermat dipantau untuk menyakinkan bahwa air yang akan dibuang benar-benar
memenuhi baku mutu lingkungan.
3.
Sistim Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan PLTU
ini berupa :
-
Kerak
Limbah ini berasal dari
pembersihan pipa-pipa boiler. Jumlah kerak yang dihasilkan relative lebih
kecil, kandungan kerak berupa senyawa Fe2O3.
-
Abu
batubara (fly ash dan bottom ash)
Partikel debu dihasilkan dari fly
ash dan bottom ash, sebanyak 8,1%
dari jumlah batubara yang masuk (720 ton/hari) atau sebesar ± 58 ton/hari. Dari
data design alat, jumlah fly ash yang masuk ke Electrostatic Precipitator (ESP) sebesar 90% dari jumlah abu
batubara (58 ton/hari) atau sebesar 52,2 ton/hari dan jumlah bottom ash sebesar
10 % dari jumlah abu batubara, 58 ton/hari atau sebesar 5,8 ton/hari.
Penanganan fly ash menggunakan alat Electrostatic Precipitator (ESP) yang
kemudian digabungkan dengan bottom ash
dijual ke perusahaan semen atau paving block dengan terlebih dahulu mendapatkan
ijin pemanfaatan debu batubara dari kantor KLH Jakarta, dan sisa yang tidak
dapat dijual ditimbun ke areal penimbunan (landfill) di lokasi PLTU batubara
PT. IRS. Areal penimbunan (landfill) akan dibuat setelah terlebih dahulu
mendengarkan arahan dari KLH Jakarta dan DPLHPE Purwakarta serta dilakukan
feasibility study sebelumnya.
Fly ash dan bottom ash dari ruang pembakaran Boiler dan ESP ditransfer dengan pipa tertutup ke 2 unit silo tertutup.
Dari silo, abu tersebut ditransfer ke truk tertutup, yang kemudian dibawa ke
pabrik semen atau paving block yang telah mendapatkan rekomendasi dari KLH.
Selanjutnya apabila ash dari silo penuh dan
tidak dapat diangkut, maka akan dilakukan penimbunan pada landfill yang berada
di sekitar power plant setelah sebelumnya di siram dengan air sampai kandungan
airnya sekitar 30 % , permukaan atasnya ditutup dengan terpal dan secara
periodic dilakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban material. Setelah
dicapai batas maksimum penimbunan akan dilakukan penutupan dengan Pelapis
Penutup Akhir (PPA) seperti yang disyaratkan dalam Keputusan Kepala Bapedal
no.: KEP-04/ BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekan Penimbunan
Limbah B3, dimana tumbuhan diatasnya berupa tanaman rerumputan.
4.
Sistem Penanganan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari blow
down cooling tower dan boiler serta air sisa regenerasi. Limbah cair ini
direcycle kembali ke water treatment
plant dan dimasukkan kembali untuk kebutuhan cooling tower dan boiler (siklus tertutup). Air dari kondensat atau
dari blow down cooling tower yang tidak
dikembalikan akan ditampung di bak penampungan untuk selanjutnya dinetralisir
pada pit netralisir.
Limbah cair berupa oli bekas
sebesar 1000 liter/bulan ditampung didalam drum dan kemudian dijual pihak ke
tiga.
5.
Sistem Penanganan Limbah Gas
a Emisi
gas SO2
Untuk menekan emisi gas SO2 digunakan unit FGD (Flue Gas Desulphurisasion),
yang mempunyai effisiensi lebih dari 70 %. Pada proses ini bubuk kapur yang digunakan sebagai reagent untuk menyerap SO2 di dalam flue gas. Reaksi yang terjadi adalah
:
CaO + H2O Ca(OH) 2
Ca(OH) 2 + SO2 CaSO3. 1/2H2O + 1/2H2O
CaSO3. 1/2H2O+3/2H2O + 1/2O2 CaSO4. 2H2O
CaO sering digunakan sebagai bahan reaksi dalam
proses FGD, dengan
demikian Ca(OH)2 dapat bereaksi dengan SO2, berarti serbuk Ca(OH)2 dapat juga langsung
digunakan sebagai bahan reaksi.
Ca(OH)2 juga dapat dimasukan kedalam alat pelembab
udara sesudah dicampur dengan debu yang datang dari ESP dan debu yang terkumpul
dalam dust collector mechanic. Selanjutnya campuran debu kapur dilembabkan dari
kandungan air 2%
ke sekitar kandungan airnya 5%. Dengan bantuan
dorongan udara fluidizing dan tarikan
tekanan negative dari duct campuran debu kapur diarahkan kedalam duct. Komponen
reactive flue gas dengan cepat terserap kedalam komponen yang mempunyai sifat
alkali pada campuran debu kapur. Air secara simultan diuapkan menaikkan
temperatur flue gas untuk mengeffisienkan pengumpulan SO2.
Selanjutnya lapisan air sekitar reagent
permukaan partikel menebal secara cepat, dan teruapkan dan tersebar terbawa SO2. Flue gas yang keluar
dilewatkan pada ESP dimana debu-debu dalam flue gas akan ditangkapnya.
c
Emisi
gas NO2
Pada umumnya alat yang digunakan untuk menekan gas emisi NO2 adalah
Selective Catalytic Removal (SCR). Unit alat ini digunakan jika gas NO2 yang
keluar bersama flue gas melebihi nilai ambang batas yang ditentukan. Dari hasil
perhitungan secara teori nilai gas NO2 yang keluar bersama flue gas masih
dibawah nilai ambang batas, yaitu dibawah 700 mg/m3 (dapat dilihat pada
lampiran no 6 tentang perhitungan perkiraan emisi gas buang PLTU Batu bara).
Sedangkan baku mutu emisi gas NO2 berdasarkan KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU
MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN
BAKAR BATU BARA (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000) adalah 850 mg/m3. Dengan demikian
emisi gas NO2 yang keluar cerobong belum perlu di treatment dengan menggunakan unit alat tersebut.
c Emisi gas lain
Untuk emisi gas lain yang keluar bersama flue gas, untuk mngetahui
dampaknya terhadap lingkungan hanya dilakukan pemantauan secara regular tiap
tiga bulan sekali yaitu lewat pemantauan udara ambient pada tempat-tempat
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas yang berlaku.
6.
Tinggi Cerobong
Ketinggian cerobong didesign dengan mempertimbangkan aspek pengendalian
pencemaran udara dengan melihat lokasi dan kegiatan lain disekitarnya. Dari
data design cerobong yang direncanakan adalah 120 meter dari permukaan tanah.
Perhitungan tinggi cerobong mengikuti standar internasional serta berdasarkan
Keputusan Kepala Bapedal no. Kep. 205/07/BAPEDAL/1996 Lampiran III tentang
Persyaratan cerobong. Persyaratan tersebut antara lain tinggi cerobong minimum
2 –
2,5 kali tinggi bangunan disekitarnya sehingga
lingkungan disekitar cerobong tidak terkena turbulensi.
7. Jangka waktu pembangunan dan operasional PLTU
Jangka waktu pembangunan mulai dari tahap pra konstruksi sampai
dengan operasional diperhitungkan 2 tahun, sedangkan umur operasional PLTU di
perhitungkan berlangsung selama 30 tahun.
E.
Hubungan Dengan Kegiatan Lain
- Sebelah Utara berbatasan dengan
|
:
|
Jl. Raya Bogor
|
|||
-
|
Sebelah
|
Selatan
|
berbatasan
|
: PT. ada ada aja
|
|
|
dengan
|
|
|
|
|
- Sebelah Timur berbatasan dengan
|
: Tanah masyarakat Desa Cibinong, Desa
|
||||
|
|
|
|
|
Kembang Kuning dan PT. Indo Panca
|
- Sebelah Barat berbatasan dengan
|
: PT.
Indorama Divisi Spinning,
Mess
|
||||
|
|
|
|
|
Elegant
dan tanah masyarakat
Desa
|
|
|
|
|
|
Kembang Kuning
|
-
|
Pemukiman
|
|
|
:
Sekitar 200 m dari bangunan utama
|
|
-
|
Kawasan Industri
|
|
:
Sekitar 200-750 m dari bangunan utama
|
||
-
|
Sekolah
|
|
|
:
|
Sekitar 1000 m
|
2.2 Garis
Besar Komponen Rencana Kegiatan.
A. Tahap
Pra Konstruksi
Survey
Survey lokasi untuk kegiatan ini dilakukan di
beberapa lokasi didaerah kembang kuning :
1. Tanah masyarakat sekitar PT. ada ada aja
2. Tanah masyarakat sekitar PT. Indorama
Dari beberapa kali survey ditentukan lokasi
rencana kegiatan didaerah :
-
|
Lokasi
|
:
Tanah masyarakat
|
- Desa
|
: Cibinong
|
|
-
|
Kecamatan
|
: Cimanggis
|
-
|
Luas lahan
|
: 15 Ha (termasuk lahan
yang sudah ada)
|
B. Tahap
Konstruksi
1.
Pembukaan dan pematangan lahan 1.a. Pembukaan lahan
Lahan yang dibebaskan seluas 12.3 Ha terdiri
dari lahan tanah sawah dan kebun bambu. Lahan tersebut dibuka dengan cara
ditebang oleh masyarakat sekitar.
1.b.
Pematangan lahan
Lahan yang sudah dibuka selanjutnya dipadatkan dengan rencana
pematangan 10 ha menggunakan alat berat untuk konstruksi seperti crane,
eksavator dll.
2. Mobilisasi peralatan berat
Mobilisasi peralatan berat
akan dilakukan dengan cara bertahap sesuai Kebutuhan projek.
3.
Pembangunan
prasarana dan sarana
a.
Pembangunan
jalan
Pembangunan jalan yang akan dilakukan pada
kegiatan PLTU di
Indorama mulai pada :
a.Pembangunan jalan utama : 600 m, dimulai dari
pintu gerbang
masuk
sampai bangunan utama pabrik.
b.Pembangunan jalan dalam sekitar 850 m
b.
Pembangunan utama. Pembangunan utama meliputi :
1.
Pembangunan pabrik
2. Pembangunan gudang bahan baku dan waste
3.
Pembangunan kantor. c. Lain-lain
Berupa pembuatan taman dan penghijauan di area
tertentu.
4. Pengerahan Tenaga Kerja.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama
konstruksi terdiri dari :
- Kontraktor
|
: 200
– 400 Orang
|
|||
-
|
Karyawan kontrak
|
:
|
10
|
Orang
|
-
|
Karyawan tetap
|
:
|
80
|
Orang secara bertahap
|
5. Jangka waktu pembangunan.
Pembangunan untuk kegiatan PLTU direncanakan akan selesai dalam
waktu 2 tahun dan direncanakan pada bulan September Tahun 2020 sudah melakukan commissioning dan pada bulan Desember
Tahun 2022 Start-up plant diharapkan bisa berjalan dengan
lancar.
C.
Tahap Operasi
1.
Kegiatan
Operasi
Kegiatan operasi PLTU Batubara PT. IRS dilakukan selama 24 jam
terus menerus. Kegiatan operasi PLTU Batubara ini akan menghasilkan energi
listrik sebesar 2 x 30 MW dengan Batubara yang diperlukan per harinya sekitar
720 T/hari.
2.
Kegiatan
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan
dilakukan dengan sistem informasi komputer yang sudah terproses secara
otomatis. Kegiatan ini akan keluar sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan ini tidak hanya melakukan kegiatan sesuai jadwal akan tetapi dilakukan
analisa kegiatan tersebut sehingga kehandalan mesin-mesin akan selalu terjaga
dengan baik Dalam hal melakukan perawatan peralatan utama , seperti perawatan
ESP karena perlu perbaikan atau hal lainnya, maka untuk hal tersebut plant akan
distop, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terutama yang menyangkut
lingkungan.
3.
Jumlah
Tenaga Kerja
Pada tahap operasi, jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Tenaga
ahli
|
:
|
9 orang
|
|
Tenaga
lokal
|
|
|
|
- Manager
|
: 5 orang
|
||
-
|
Staff
|
:
|
32 orang
|
-
|
Operator
|
:
|
56 orang
|
-
|
Lain-lain
|
:
|
12 orang
|
Tenaga
kontraktor
|
|
|
|
-
|
Tetap
|
:
|
20 orang
|
-
|
Tidak tetap
|
:
|
20 orang
|
|
|
|
|
D. Tahap Pasca Operasi
Diharapkan kegiatan ini berlangsung secara berkesinambungan sesuai
pasokan bahan baku yang ada. Diperkirakan kegiatan ini akan berlangsung lebih
dari 30 tahun dan setelah lewat masa operasi PLTU Batubara akan dilakukan
pembongkaran mesin-mesin dan bangunan yang ada.
BAB III
URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN
1.1 Aspek Geofisika – Kimia
3.1.1
Iklim
Letak rencana PLTU PT. Gunadarma, berada di Desa Cibinong Kecamatan
Cimanggis Depok Propinsi Jawa Barat.
Stasiun pengamatan yang mewakili untuk daerah ini adalah stasiun pengamatan
Perum Jasa Tirta II (PJT II) Jatiluhur Purwakarta, data diambil selama 8 tahun
sejak tahun 1996 – 2003. Data iklim meliputi suhu, kelembaban nisbi udara,
curah hujan dan hari hujan, serta keadaan angin.
a.
Tipe
iklim
Melihat data iklim didaerah rencana PLTU, maka daerah ini dapat
diklasifikasikan ke tipe iklim tropika basah dengan curah hujan tahunan
mencapai 2719 mm. Pada umumnya periode bulan basah tiap tahunnya berlangsung
selama 7 bulan dari bulan September sampai dengan bulan Maret.
b.
Curah
Hujan
Curah hujan (CH) rata-rata tahunan didaerah rencana PLTU dan
sekitarnya adalah sekitarnya adalah 2719 mm. Periode bulan basah (CH > 200
mm/bulan) berlangsung selama 7 bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
tahun 2002 yaitu pada bulan Februari (818 mm). Periode bulan kering (CH <
100 mm/bulan) berlangsung selama 4 bulan, pada umumnya terjadi pada bulan Juni
sampai September
c.
Suhu dan
Kelembaban Udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan
transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat
memperkirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air di muka bumi.
Suhu udara rata-rata didaerah rencana PLTU sebesar 260C, dengan suhu minimum
sebesar 230C dan maksimum 320C. Rata-rata kelembaban udara tahunan sebesar
85%, dengan kelembaban udara rata-rata bulanan tertinggi sebesar 90% dan
terendah sebesar 76%.
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara
nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji
adalah arah dan kecepatan angin.
Dalam satu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-ubah.
Perubahan ini seringkali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan
lautan. Angin pada umumnya bertiup dari bidang permukaan lebih dingin ke bidang
permukaan lebih hangat. Misalnya pada siang hari di bulan kemarau, arah angin
cenderung bertiup dari lautan ke arah daratan yang lebih hangat.
Kecepatan angin maksimum dilokasi rencana PLTU PT. Gunadarma dan
sekitarnya 1.1 m/det. Arah angin rata-rata setiap tahun mengalami perubahan
arah. Pada saat musim hujan antara bulan September – Maret arah angin dominant
berkisar antara Barat dan Barat Laut dengan kecepatan maksimum 1.1m/det.
Sedangkan pada bulan kemarau antara bulan April – Oktober arah angin berkisar
antara Timur Laut dan Selatan.
e.
Kualitas
Udara, Kebisingan dan Getaran
Kualitas udara disekitar lokasi rencana PLTU berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lapangan yang dilakukan Balai Hyperkes Bandung pada
Bulan Oktober 2003 menunjukkan bahwa secara umum masih tergolong baik dimana
nilainya masih dibawah baku mutu ambient yang disyaratkan Peraturan Pemerintah
no. 41 tahun 1999.
Sumber kebisingan berasal dari mesin-mesin pengolahan, genset,
kendaraan yang keluar masuk pabrik (container, dumtruck, mini bus, sedan dan
lain- lain) yang lokasinya berdekatan dengan rencana kegiatan PLTU. Tingkat
kebisingan umumnya masih memenuhi baku mutu (Kep. Meneg. LH no. Kep-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan).
3.1.2 Fisiografi
Berdasarkan bentuk bentang alamnya, permukaan tanah daerah studi
dan daerah disekitarnya bergelombang hingga berbukit, berelief halus dengan
kemiringan lereng bervariasi dengan kemiringan dari rencana lokasi PLTU sektar
15 m sampai 45 m relative terhadap benchmark
lokal yang digunakan selama waktu konstruksi dari pabrik PT. Indorama yang ada
dan sedang beroperasi. Bentuk tanah umumnya berasal dari tanah vulkanik dan
tanah yang berasal dari lahar kaki Gunung Tangkubanperahu. Sedangkan lokasi
utama rencana PLTU berada pada daratan lembah bergelombang dengan
ketinggian 15 m sampai 17 m dari permukaan tanah. Lebar lembah
sekitar 50 m yang sebelumnya ditanami pohon padi dengan pohon buah-buahan pada
umumnya pohon pisang pada bagian perbukitan sekiran lembah. Rencana kegiatan
PLTU berada pada ketinggian 97 m sampai 117 m dari permukaan laut
3.1.3
Geologi
Morfologi
Letak tanah PLTU ± 8 km dari kota Purwakarta, ketinggian tanah
kira-kira dari permukaan air laut sekitar 114 m – 115 m. Tanah sedikit berbukit
dan mempunyai lembah tinggi dan ditanami padi, pohon bamboo, pohon pisang serta
pohon rambutan.
Topografi
Topografi daerah rencana lokasi PLTU merupakan daerah bergelombang
hingga berbukit, berelief halus dengan kemiringan lereng bervariasi dengan
kemiringan 150.
Geologi
Gelogi tanah pada lokasi rencana PLTU, tidak banyak batu- batuan
hanya ada cadas dan tanah lempung serta lanau. Permukaan tanahnya terdiri dari
tanah merah dan pada kedalaman 6 meter terdapat tanah lanau.
Struktur
dan jenis tanah
Struktur tanah terdiri dari tanah merah, tanah lempung, lanau.
Permukaan tanah berupa tanah merah, sedangkan pada kedalaman 6 meter kebawah
tanah sudah mengandung pasir, lempung dan lanau. Pada posisi tanah rendah di
bawah, permukaan tanah sudah lanau dan lempung. Pada kedalaman 2 meter ke bawah
dari tanah sawah kondisi tanah sudah lanau kehitam-hitaman.
Kestabilan
tanah
Kestabilan tanah relatif
stabil mempunyai kohesi c antara 0.3 kg/cm2 sampai dengan 1 kg/cm2, dan
mempunyai sudut geser antara 8 sampai dengan 13 derajat. Muka air tanah ada
pada tanah rendah (lembah) yang berupa sawah
3.2
|
Hidrologi dan kualitas air
|
||
|
3.2.1 Karakteristik sungai dan atau danau.
|
||
|
Karakteristik sungai yang mengalir ke area kegiatan
PLTU PT. Gunadarma adalah
|
||
|
sebagai
berikut :
|
|
|
|
-
|
Jenis
sungai
|
: anak
sungai (sungai Cikuda, anak sungai Cikembang)
|
|
-
|
Penggunaan
air
|
:
dipakai untuk pertanian.
|
|
-
|
Sumber
air
|
:
berasal dari air buangan industri sektor kembang kuning.
|
Karakteristik Danau
Lokasi PLTU sangat dekat
dengan lokasi danau jatiluhur Purwakarta ± 500 m. Air danau Jatiluhur merupakan
air pasokan untuk proses PLTU PT. Gunadarma. Danau Jatiluhur mempunyai volume
air pada muka air waduk normal 107 m adalah sebesar 2.448 milyar m3, dengan
luas danau pada muka air waduk 107 m adalah 83 Km2. Menurut informasi dari PJT.
II, tentang neraca air bahwa laju alir rata-rata sumber air yang masuk ke danau
adalah sekitar 240 m3/detik, sedangkan laju alir rata-rata kebutuhan air adalah
sekitar sekitar 235 m3/detik. Dari jumlah laju alir rata-rata kebutuhan air
yang digunakan, untuk industri sekitar 5 – 7 %.
3.2.2 Kualitas
air
Dari hasil analisa air, baik yang diambil dari
air sebelum masuk area rencana PLTU maupun air yang keluar setelah rencana PLTU
dengan jumlah sampel air yang diambil sebanyak 4 sampel, menunjukan bahwa
hasilnya masih dibawah baku mutu air (SK. Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999,
Lamp. II, tentang Baku Mutu limbah cair Untuk Industri Tekstil), kecuali ada satu
sampel yang diambil dari outlet PT. Cipta Artha Graha Mulya hasilnya ada dua
parameter (COD dan TSS) yang bermuara ke sungai Cikuda, hasilnya diatas baku
mutu air. Hal yang sama untuk air sungai Cikembang, tempat muaranya sungai
cikuda secara keseluruhan hasilnya masih di bawah baku mutu air permukaan
(Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Golongan IV
: Air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi pertanian dan usaha perkotaan peruntukan lain yang
mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut).
3.3 Aspek
Biologi
3.3.1 Flora
Tanaman yang ada di pekarangan pabrik pada umumnya terdiri dari
kelompok tanaman hias seperti, cemara, angsana, palm, rumput, Sedangkan jenis
tanaman yang berada diluar pabrik umumnya didominasi oleh ekosistem tanaman
kebun seperti mangga, pisang, rambutan dan kebun bambu.
3.3.2 Fauna
Dari pengamatan langsung di lapangan diperoleh beberapa hewan
mamalia liar seperti, tikus (ratus sp.), kelelawar (micro chiropteria),
sedangkan hewan liar lain yang ditemukan antara lain, jenis reptilia seperti
kadal (mobouya multifasciata), dan cecak (hemidactylus frenatus). Disamping itu
binatang lain yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan adalah katak sawah
(rana sp.) dan katak buduk (bufo sp.), serta dari jenis moluska seperti bekicot
(achatina fulica). Jenis hewan peliharaan yang dimiliki penduduk setempat
adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, ungas, kucing dan anjing.
3.3.3 Biota air
Plankton dan benthos merupakan parameter yang digunakan dalam studi
ini. Biota perairan yang diamati dalam studi ini adalah biota perairan sungai
Cikembang, sungai Cikuda sepuluh meter setelah jembatan, keluaran PT. Mascot,
dan gabungan keluaran PT. Indorama (Polyester dan Spinning) dan PT. Indaci.
Parameter yang digunakan dalam analisa plankton dan benthos adalah jumlah
individu/ml sample, jumlah Taxa, indeks diversitas (keanekaragaman, H) dan
equitalitas (homoginitas/keseragaman, E).
3.4 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
Gambaran keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat diperoleh
dari data sekunder dan survai lapangan pada bulan September 2017. Pengkajian
aspek ini diarahkan pada parameter yang terkait dengan dampak lingkungan yang
diperkirakan akan timbul dengan adanya proyek PLTU PT Gunadarma.
Jumlah
dan Kepadatan Penduduk
Lokasi
pabrik PT Gunadarmadi Desa Cibinong. menurut data sekunder bulan September 2003
berpenduduk 7036 orang dengan luas desa 463,815 HA. Atau rata-rata kepadatan
penduduk 1411 orang/km² dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 3814 orang
terdiri dari petani 116 orang, pedagang 68 orang, pensiunan 42 orang, karyawan
buruh 3627 orang.
Mata pencaharian penduduk Desa Cibinong terdiri dari Buruh, Buruh
Tani dan Petani Pemilik (80%) sedangkan sisanya berusaha di berbagai sektor
seperti Pegawai Pemerintah, Karyawan Perusahaan Swasta dan ABRI. Tingkat
pendapatan (pendapatan bersih) dari rata-rata Buruh adalah Rp. 15.000 – Rp.
20.000/hari, Buruh Tani Rp. 10.000 – Rp. 15.000/hari. Pekerja bangunan Rp.
20.000 – Rp. 25.000/hari. Pendapatan diatas belum termasuk biaya makan. Bagi
yang bekerja di pemerintah dan ABRI mengikuti standar PNS dan ABRI, sedangkan
bekerja di Perusahaan Swasta diberlakukan UMR yang berlaku yaitu Rp.
524.000/bulan.
BAB IV
DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. Gunadarma sudah
barang tentu akan memberikan dampak lingkungan baik pada saat pra konstruksi,
konstruksi maupun pada saat pabrik beroperasi.
Dampak yang akan terjadi dari
kegiatan
PLTU Batubara PT Gunadarma
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
Dampak terhadap lingkungan yang akan terjadi
dari kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. IRS, perlu dilakukan
upaya-upaya pengelolaan sehingga dampak tersebut dapat di solir atau di
minimalkan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan yang dilakukan PT.
Gunadarma. Meliputi kegiatan :
1.
|
Pra - Konstruksi
|
:
|
a.
|
Pembebasan lahan
|
|
|
|
b.
|
Pembukaan lahan
|
2.
|
Konstruksi
|
:
|
a.
|
Pemadatan lahan
|
|
|
|
b.
|
Mobilisasi alat berat
|
|
|
|
c.
|
Pembangunan sarana dan
prasarana
|
3.
|
Operasi PLTU
|
:
|
UPL limbah padat
|
|
|
|
|
UPL limbah cair
|
|
|
|
|
UPL limbah gas
|
|
4.
|
Pemeliharaan
|
:
|
UPL bekas kemasan
|
|
|
|
|
UPL oli bekas
|
|
5.
|
Pasca-operasi
|
:
|
a.
|
Debu
|
|
|
|
b.
|
Kebisingan
|
BAB VI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)
Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) yang akan dilakukan dari kegiatan PLTU Batubara
PTGunadarma dalam upaya memantau kemungkinan dampak yang akan terjadi dari
kegiatan tersebut. UPL dari kegiatan ini meliputi :
1. Tahap
Konstruksi PLTU : - Pematangan lahan
-
Mobilisasi
dan pembangunan sarana dan prasarana
2. Tahap
Operasi PLTU : - Pemantauan Raw material
-
Pemantauan
limbah padat
-
Pemantauan
limbah cair
-
Pemantauan
limbah gas
-
Pemantauan
gangguan kerja
3. Tahap
Pasca-operasi : - Limbah cair dari bak control
-
Gangguan
kerja
No comments:
Post a Comment