Info

Wednesday, January 9, 2019

Tugas Softskil Metode Penelitian

Tugas Softskil Metode Penelitian
no
Judul
Author
Introduction
Method
Hasil
Kesimpulan
1
THERMAL FATIGUE ANALYSIS OF INDUCTION MELTING FURNACE WALL FOR ALUMINA RAMMING MASS

Mehta, Nirajkumar C
Machhar, Vasim G
Popat, Ravi K
(2013)
Furnace is a term used to identify a closed space here heat is applied to a body in order to raise its temperature. The source of heat may be fuel or electricity. Commonly, metals and alloys and sometimes non-metals are heated in furnaces. The purpose of heating defines the temperature of heating and heating rate.
Increase in temperature softens the metals. They become amenable to deformation. This softening occurs with or without a change in the metallic structure. Heating to lower temperatures (below the critical temperature) of the metal softens it by relieving the internal stresses. On the other hand, metals heated to temperatures above the critical temperatures leads to changes in crystal structures and re-crystallization like annealing. Further some metals and alloys are melted, ceramic products vitrified, coals coked, metals like zinc are vaporized and many other processes are performed in Furnaces.
The accurate simulation of Induction melting furnace refractory wall is done for finding out temperature distribution and thermal stress distribution by using proper solving conditions. These solving conditions include initial and boundary conditions, material properties and assumptions etc. Finite Element Analysis using ANSYS was performed to calculate temperature field and stress field caused by application of heat flux caused by heat generation inside the induction melting furnace.
It gives temperature distribution and stress distribution for four different materials silica ramming mass. It indicates that temperature at inner side of the furnace wall is higher than at outside of the furnace wall.
We had entered material properties of silica ramming mass. We had found out temperature distribution after 1 hour, 2 hour and 3 hour. We had plotted a graph of change in temperature with respect to time at inner surface and outer surface of the furnace wall. We had found out stress distribution after 20 minutes, 40 minutes and 60 minutes.
We had plotted a graph of stress variation with respect to time at inner surface and outer surface of furnace wall. The red colour in the stress distribution diagrams indicate maximum stresses created and from that region minor crack propagation will be started for fatigue failure.
Induction Melting Furnaces are highly used now- a-days for melting of different kinds of materials. The problem comes from the Refractory material of losing its thermal properties within 200-400 hours of lifetime. It will disturb production schedule as it requires time to replace the Induction melting furnace wall. Coupled Field Analysis is done for Induction Melting Furnace Refractory Wall and validation is done with respect to Experimental Results. Coupled Field Analysis is done with respect to Silica Ramming Mass. Then S – log N Curves are plotted for Life Span Prediction.
2
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
PROTOTIPE SKEA MENGGUNAKAN ROTOR SAVONIUS DAN WINDSIDE
UNTUK PENERANGAN JALAN TOL
T.A. Fauzi Soelaiman, Nathanael P. Tandian, dan Nanang Rosidin
Tingginya kebutuhan migas yang tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan kelangkaan bahan sehingga terjadi kenaikan harga. Pemerintah maupun swasta di hampir semua negara kemudian berpacu untuk membangkitkan energi dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan dalam mempertahankan ketahanan energi negaranya. Salah satu sumber energi terbarukan yang dipilih adalah energi angin.
Penelitian ini mengusulkan beragam alternatif rotor, sistem transmisi dan generator untuk kemudian mengujinya. Alternatif SKEA yang dipilih sebagai prototipe terdiri dari rotor savonius L berdiameter penutup 82 cm dan tinggi 1 meter, transmisi roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC. Prototipe sistem konversi energi angin yang dipilih telah mampu menghasilkan daya listrik. Tegangan keluarannya 5 – 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5 m/s. Prototipe sistem konversi energi angin yang dipilih baru mampu menghasilkan tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada batere 6 volt.
Dari hasil ini bisa diprediksikan, kinerja prototipe bisa menjadi lebih baik untuk penempatan pada pada lokasi yang dituju, karena angin akan menghembus rotor dari segala arah. Keberadaan pelat pengarah selain membantu mengkondisikan aliran angin dari segala arah yang mengenai rotor,
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Telah dihasilkan prototipe Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) yang mampu menghasilkan energi listrik dan mampu menggantikan penghalang sinar lampu kendaraan di median jalan tol.
2. Prototipe SKEA yang dipilih terdiri dari turbin angin poros tegak jenis Savonius L, sistem transmisi menggunakan roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC Nippondenso sebagai pembangkit daya listrik.
3. Prototipe SKEA yang dipilih menghasilkan tegangan 5 – 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5 m/s.
4. Prototipe SKEA yang dibuat baru mampu menghasilkan tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada batere 6 volt.
5. Rotor Savonius dan Windside mempunyai karakteristik terhadap kecepatan angin rendah yang tidak jauh berbeda. Luas area yang kecil dan massa yang ringan menyebabkan rasio putaran poros terhadap kecepatan angin semakin besar, namun rasio torsi terhadap kecepatan angin semakin kecil.
6. Rotor Windside (kecil) mampu beroperasi pada kecepatan angin yang rendah dari Savonius (mulai 0,8 m/s) namun torsinya kecil.
7. Rotor Savonius beroperasi pada kecepatan angin yang lebih tinggi dari Windside (1,2 m/s), namun torsinya lebih besar.
8. Generator DC dapat berfungsi sebagai generator putaran rendah yang mampu menghasilkan tegangan di atas 12 volt mulai putaran 150 rpm poros generator.

3
Pengaruh Gaya Dorong Propeller pada Engine Fora Terhadap Kecepatan
Pesawat Model,

(Bonyfasius Nopias, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta)
Kecepatan dari suatu pesawat yang digunakan akan sangat mempengaruhi hasil yang dicapai.
Untuk mencapai performa yang baik , ada beberapa komponen pesawat yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah propeller. propeller berperan sebagai penghasil gaya dorong (thrust), dengan menciptakan perbedaan tekanan antara permukaan depan dan belakang bilah. Thrust yang tercipta tersebut akan membantu pesawat untuk terbang. Apabila thrust yang dihasilkan tidak maksimal akibat salah dalam pemilihan propeller, maka pesawat akan sulit untuk take-off dan bermanufer.

Pengujian dilakukan dengan cara pengukuran tanpa menggunakan pesawat (statis) dan dengan mengukur kecepatan terbang (dinamis). Adapun yang di ukur antara lain thrust, kecepatan angin dan kemampuan propeller terbang menempuh satu putaran lintasan. Untuk pengujian statis dilakukan dengan mengukur thrust dan kecepatan angin yang dihasilkan berdasarkan masing-masing rpm.
Hasil-hasil pengujian disajikan kedalam bentuk tabel dan grafik, dan diolah sehingga dapat
diketahui thrust, kecepatan angin dan efisiensi dari masing masing propeller.

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, untuk rpm tertinggi 27000 rpm, propeller tersebut menghasilkan thrust tertinggi yaitu 1,12 kg, kecepatan angin sebesar 30,05 m/det dan efisiensi 67%. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki propeller C1dan A. hal ini disebabkan oleh pitch NN lebih besar dari C1 dan A. untuk hasil uji kecepatan terbang propeller NN didapat 2,48 detik untuk satu putaran pada pesawat model F2D.
4
Perkembangan Transportasi Kereta Api Dan Pengaruhnya Terhadap Industri Perkebunan Di Surakarta Tahun 1864-1930
(Wisnu Happy Eko Saputro dan Dr. Dyah Kumalasari)
Transportasi kereta api berpengaruh besar terhadap perkembangan industri perkebunan di Surakarta. Transportasi kereta api berperan sebagai pengangkut hasil perkebunan. Hasil perkebunan di Surakarta yang meningkat, membuat dibutuhkannya alat transportasi yang efektif dan memadai untuk mengangkutnya.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis. Metode sejarah adalah cara yang digunakan dalam merekonstruksi masa lampau. Penelitian ini melalui 5 tahap, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan tahap yang terakhir ialah historiografi.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa munculnya industri perkebunan di Surakarta dilatar belakangi oleh sistem pajak tanah, sewa tanah, dan tanam paksa. Perkembangan industri perkebunan yang pesat membuat alat transportasi yang ada tidak memadai lagi untuk mengangkut hasil panen, transportasi kereta api dibuat untuk mengatasi masalah pengangkutan. Tahun 1864-1900 perkembangan transportasi kereta api telah meningkatkan hasil perkebunan kopi, tembakau, tebu, dan indigo. Transportasi kereta api dapat mengangkut hasil panen perkebunan lebih banyak dan cepat, sehingga banyak pengusaha swasta yang mendirikan perkebunan di wilayah Surakarta. Pengaruh transportasi kereta api berlanjut sampai tahun 1900-1929. Peningkatan terlihat dari perkebunan gula yang menjadi primadona di pasar Eropa dan didukung dengan transportasi kereta api. Peningkatan hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masuknya transportasi kereta api di Surakarta dilatar belakangi oleh sistem perekonomian yang diterapkan Pemerintah Hindia-Belanda yaitu sistem sewa tanah, sistem pajak tanah dan sistem tanam paksa. Trasportasi kereta api selanjutnya memegang peran penting untuk mengangkut hasil perkebunan antara 1864-1900. Peran transportasi kereta api berlanjut sampai tahun 1929, peran ini terlihat dari pengangkutan hasil perkebunan dan pengangkutan bahan industri batik. Pengaruh transportasi kereta api terhenti pada tahun 1930 karena terpengaruh oleh krisis ekonomi dunia.
5
Efek Suhu Pada Proses Pengarangan Terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa
(Coconut Shell Charcoal), (M. Tirono, Ali Sabit)
Bahan bakar minyak merupakan bahan bakar yang diolah dari sumber daya alam yang tidak dapat  diperbaharui.  Biomassa  merupakan  sumber  enrgi  alternatif  terbarukan   yang  berasal  dari tumbuh-tumbuhan dan limbah. Tempurung kelapa dapat diolah menjadi arang yang merupakan bahan baku pembuatan arang briket dengan proses karbonisasi. Temperatur karbonisasi sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang.  Penelitian  ini  merupakan  penentuan  nilai  kalor  dari  arang  tempurung  kelapa  dengan  suhu pengarangan yang berbeda. Variasi suhu pengarangan yang diberikan yaitu 200  C, 250 ˚ C, 300  C, 350 ˚ C, 400   C, 500   C, 550 ˚ C, dengan pengulangan sebanyak tiga kali pada setiap  variasi suhu. Penelitian ini bertujuan  untuk  mengetahui  pengaruh  suhu pada proses  pengarangan terhadap nilai kalor arang. Selain itu mengetahui efisiensi pembuatan arang tempurung kelapa dengan menganalisa perubahan massa bahan sebelum dan sesudah pengarangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang ditampilkan dalam bentuk table dan grafik, kemudian data yang dihasilkan  dianalisis dengan anova dan regresi linier.
Hasil  penelitian ini menunjukkan bahwa  penyusutan  massa  dan  nilai  kalor  berbanding  lurus  dengan tingginya  suhu  pengarangan. semakin  tinggi   suhu   pengarangan,   penyusutan   massa   bahan   semakin   tinggi   dan   nilai   kalor semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pengarangan berpengaruh terhadapa penyusutan massa temperatur kelapa, semakin tinggi suhu pengarangan maka semakin tinggi massa penyusutan tempurung kelapa. Suhu pengarangan berpengaruh terhadap nilai kalor arang tempurung kelapa, semakin tinggi suhu pengarangan maka semakin besar nilai kalor arang tempurung kelapa



No comments:

Post a Comment

Blogroll