no
|
Judul
|
Author
|
Introduction
|
Method
|
Hasil
|
Kesimpulan
|
1
|
THERMAL FATIGUE ANALYSIS OF
INDUCTION MELTING FURNACE WALL FOR ALUMINA RAMMING MASS
|
Mehta, Nirajkumar C
Machhar, Vasim G
Popat, Ravi K
(2013)
|
Furnace
is a term used to identify a closed space here heat is applied to a body in
order to raise its temperature. The source of heat may be fuel or
electricity. Commonly, metals and alloys and sometimes non-metals are heated
in furnaces. The purpose of heating defines the temperature of heating and
heating rate.
Increase
in temperature softens the metals. They become amenable to deformation. This
softening occurs with or without a change in the metallic structure. Heating
to lower temperatures (below the critical temperature) of the metal softens
it by relieving the internal stresses. On the other hand, metals heated to
temperatures above the critical temperatures leads to changes in crystal
structures and re-crystallization like annealing. Further some metals and
alloys are melted, ceramic products vitrified, coals coked, metals like zinc
are vaporized and many other processes are performed in Furnaces.
|
The
accurate simulation of Induction melting furnace refractory wall is done for
finding out temperature distribution and thermal stress distribution by using
proper solving conditions. These solving conditions include initial and
boundary conditions, material properties and assumptions etc. Finite Element
Analysis using ANSYS was performed to calculate temperature field and stress
field caused by application of heat flux caused by heat generation inside the
induction melting furnace.
|
It
gives temperature distribution and stress distribution for four different
materials silica ramming mass. It indicates that temperature at inner side of
the furnace wall is higher than at outside of the furnace wall.
We
had entered material properties of silica ramming mass. We had found out
temperature distribution after 1 hour, 2 hour and 3 hour. We had plotted a
graph of change in temperature with respect to time at inner surface and
outer surface of the furnace wall. We had found out stress distribution after
20 minutes, 40 minutes and 60 minutes.
We
had plotted a graph of stress variation with respect to time at inner surface
and outer surface of furnace wall. The red colour in the stress distribution
diagrams indicate maximum stresses created and from that region minor crack
propagation will be started for fatigue failure.
|
Induction
Melting Furnaces are highly used now- a-days for melting of different kinds
of materials. The problem comes from the Refractory material of losing its
thermal properties within 200-400 hours of lifetime. It will disturb
production schedule as it requires time to replace the Induction melting furnace
wall. Coupled Field Analysis is done for Induction Melting Furnace Refractory
Wall and validation is done with respect to Experimental Results. Coupled
Field Analysis is done with respect to Silica Ramming Mass. Then S – log N
Curves are plotted for Life Span Prediction.
|
2
|
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN
PENGUJIAN
PROTOTIPE SKEA MENGGUNAKAN
ROTOR SAVONIUS DAN WINDSIDE
UNTUK PENERANGAN JALAN TOL
|
T.A. Fauzi Soelaiman, Nathanael P. Tandian, dan
Nanang Rosidin
|
Tingginya
kebutuhan migas yang tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya menyebabkan
kelangkaan bahan sehingga terjadi kenaikan harga. Pemerintah maupun swasta di
hampir semua negara kemudian berpacu untuk membangkitkan energi dari
sumber-sumber energi baru dan terbarukan dalam mempertahankan ketahanan
energi negaranya. Salah satu sumber energi terbarukan yang dipilih adalah
energi angin.
|
Penelitian
ini mengusulkan beragam alternatif rotor, sistem transmisi dan generator
untuk kemudian mengujinya. Alternatif SKEA yang dipilih sebagai prototipe
terdiri dari rotor savonius L berdiameter penutup 82 cm dan tinggi 1 meter,
transmisi roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC. Prototipe sistem
konversi energi angin yang dipilih telah mampu menghasilkan daya listrik.
Tegangan keluarannya 5 – 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5 m/s.
Prototipe sistem konversi energi angin yang dipilih baru mampu menghasilkan
tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada batere 6 volt.
|
Dari
hasil ini bisa diprediksikan, kinerja prototipe bisa menjadi lebih baik untuk
penempatan pada pada lokasi yang dituju, karena angin akan menghembus rotor
dari segala arah. Keberadaan pelat pengarah selain membantu mengkondisikan
aliran angin dari segala arah yang mengenai rotor,
|
Kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah:
1. Telah dihasilkan
prototipe Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) yang mampu menghasilkan energi
listrik dan mampu menggantikan penghalang sinar lampu kendaraan di median
jalan tol.
2. Prototipe SKEA yang
dipilih terdiri dari turbin angin poros tegak jenis Savonius L, sistem
transmisi menggunakan roda gigi dengan rasio 1:3 dan generator DC Nippondenso
sebagai pembangkit daya listrik.
3. Prototipe SKEA yang
dipilih menghasilkan tegangan 5 – 7 volt arus searah pada kecepatan angin 5
m/s.
4. Prototipe SKEA yang
dibuat baru mampu menghasilkan tegangan untuk melakukan pengisian ulang pada
batere 6 volt.
5. Rotor Savonius dan
Windside mempunyai karakteristik terhadap kecepatan angin rendah yang tidak
jauh berbeda. Luas area yang kecil dan massa yang ringan menyebabkan rasio
putaran poros terhadap kecepatan angin semakin besar, namun rasio torsi
terhadap kecepatan angin semakin kecil.
6. Rotor Windside (kecil)
mampu beroperasi pada kecepatan angin yang rendah dari Savonius (mulai 0,8
m/s) namun torsinya kecil.
7. Rotor Savonius
beroperasi pada kecepatan angin yang lebih tinggi dari Windside (1,2 m/s),
namun torsinya lebih besar.
8. Generator DC dapat
berfungsi sebagai generator putaran rendah yang mampu menghasilkan tegangan
di atas 12 volt mulai putaran 150 rpm poros generator.
|
3
|
Pengaruh Gaya Dorong Propeller
pada Engine Fora Terhadap Kecepatan
Pesawat Model,
|
(Bonyfasius Nopias, Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta)
|
Kecepatan dari suatu pesawat yang
digunakan akan sangat mempengaruhi hasil yang dicapai.
Untuk mencapai performa yang baik
, ada beberapa komponen pesawat yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah
propeller. propeller berperan sebagai penghasil gaya dorong (thrust), dengan
menciptakan perbedaan tekanan antara permukaan depan dan belakang bilah.
Thrust yang tercipta tersebut akan membantu pesawat untuk terbang. Apabila
thrust yang dihasilkan tidak maksimal akibat salah dalam pemilihan propeller,
maka pesawat akan sulit untuk take-off dan bermanufer.
|
Pengujian
dilakukan dengan cara pengukuran tanpa menggunakan pesawat (statis) dan
dengan mengukur kecepatan terbang (dinamis). Adapun yang di ukur antara lain
thrust, kecepatan angin dan kemampuan propeller terbang menempuh satu putaran
lintasan. Untuk pengujian statis dilakukan dengan mengukur thrust dan
kecepatan angin yang dihasilkan berdasarkan masing-masing rpm.
|
Hasil-hasil pengujian disajikan
kedalam bentuk tabel dan grafik, dan diolah sehingga dapat
diketahui thrust, kecepatan angin
dan efisiensi dari masing masing propeller.
|
Dari percobaan
yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, untuk rpm tertinggi 27000 rpm,
propeller tersebut menghasilkan thrust tertinggi yaitu 1,12 kg, kecepatan
angin sebesar 30,05 m/det dan efisiensi 67%. Hasil ini lebih besar
dibandingkan dengan yang dimiliki propeller C1dan A. hal ini disebabkan oleh
pitch NN lebih besar dari C1 dan A. untuk hasil uji kecepatan terbang
propeller NN didapat 2,48 detik untuk satu putaran pada pesawat model F2D.
|
4
|
Perkembangan
Transportasi Kereta Api Dan Pengaruhnya Terhadap Industri Perkebunan Di
Surakarta Tahun 1864-1930
|
(Wisnu Happy Eko Saputro dan
Dr. Dyah Kumalasari)
|
Transportasi kereta api
berpengaruh besar terhadap perkembangan industri perkebunan di Surakarta.
Transportasi kereta api berperan sebagai pengangkut hasil perkebunan. Hasil
perkebunan di Surakarta yang meningkat, membuat dibutuhkannya alat
transportasi yang efektif dan memadai untuk mengangkutnya.
|
Penelitian ini menggunakan
metode sejarah kritis. Metode sejarah adalah cara yang digunakan dalam
merekonstruksi masa lampau. Penelitian ini melalui 5 tahap, yaitu pemilihan
topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan tahap yang
terakhir ialah historiografi.
|
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa munculnya industri perkebunan di Surakarta dilatar belakangi
oleh sistem pajak tanah, sewa tanah, dan tanam paksa. Perkembangan industri
perkebunan yang pesat membuat alat transportasi yang ada tidak memadai lagi
untuk mengangkut hasil panen, transportasi kereta api dibuat untuk mengatasi
masalah pengangkutan. Tahun 1864-1900 perkembangan transportasi kereta api
telah meningkatkan hasil perkebunan kopi, tembakau, tebu, dan indigo.
Transportasi kereta api dapat mengangkut hasil panen perkebunan lebih banyak
dan cepat, sehingga banyak pengusaha swasta yang mendirikan perkebunan di
wilayah Surakarta. Pengaruh transportasi kereta api berlanjut sampai tahun
1900-1929. Peningkatan terlihat dari perkebunan gula yang menjadi primadona
di pasar Eropa dan didukung dengan transportasi kereta api. Peningkatan hasil
|
Dari penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa masuknya transportasi kereta api di
Surakarta dilatar belakangi oleh sistem perekonomian yang diterapkan
Pemerintah Hindia-Belanda yaitu sistem sewa tanah, sistem pajak tanah dan
sistem tanam paksa. Trasportasi kereta api selanjutnya memegang peran penting
untuk mengangkut hasil perkebunan antara 1864-1900. Peran transportasi kereta
api berlanjut sampai tahun 1929, peran ini terlihat dari pengangkutan hasil
perkebunan dan pengangkutan bahan industri batik. Pengaruh transportasi
kereta api terhenti pada tahun 1930 karena terpengaruh oleh krisis ekonomi
dunia.
|
5
|
Efek Suhu Pada Proses
Pengarangan Terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa
|
(Coconut Shell Charcoal), (M.
Tirono, Ali Sabit)
|
Bahan bakar minyak merupakan
bahan bakar yang diolah dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Biomassa
merupakan sumber enrgi
alternatif terbarukan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan limbah. Tempurung kelapa dapat diolah menjadi arang yang merupakan bahan
baku pembuatan arang briket dengan proses karbonisasi. Temperatur karbonisasi
sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan
temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. Penelitian
ini merupakan penentuan
nilai kalor dari
arang tempurung kelapa
dengan suhu pengarangan yang
berbeda. Variasi suhu pengarangan yang diberikan yaitu 200 C, 250 ˚ C, 300 C, 350 ˚ C, 400 C, 500
C, 550 ˚ C, dengan pengulangan sebanyak tiga kali pada setiap variasi suhu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suhu pada proses pengarangan terhadap nilai kalor arang.
Selain itu mengetahui efisiensi pembuatan arang tempurung kelapa dengan
menganalisa perubahan massa bahan sebelum dan sesudah pengarangan.
|
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang ditampilkan
dalam bentuk table dan grafik, kemudian data yang dihasilkan dianalisis dengan anova dan regresi linier.
|
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyusutan
massa dan nilai
kalor berbanding lurus
dengan tingginya suhu pengarangan. semakin tinggi
suhu pengarangan, penyusutan massa
bahan semakin tinggi
dan nilai kalor semakin besar.
|
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pengarangan berpengaruh
terhadapa penyusutan massa temperatur kelapa, semakin tinggi suhu pengarangan
maka semakin tinggi massa penyusutan tempurung kelapa. Suhu pengarangan
berpengaruh terhadap nilai kalor arang tempurung kelapa, semakin tinggi suhu
pengarangan maka semakin besar nilai kalor arang tempurung kelapa
|
Tugas Softskil Metode Penelitian
No comments:
Post a Comment